Hari ini terasa lebih bersemangat, tidak seperti
biasa ketika mengikuti seminar, pelatihan, training atau semacamnya yang
terkadang membosankan. Pada satu diskusi terbatas dengan tema sosial. Kali ini inspirasi
bukan di hadirkan oleh pemateri tetapi dari peserta. Saya menyimak dengan
cermat suatu kisah dari seorang bapak yang pernah bekerja menjadi abdi
negara tepatnya seorang mantan camat. Bisa di bilang curhat ataupun nasehat.
Cerita tentang program bantuan pemerintah yang bertujuan untuk membantu
masyarakat miskin dengan pemberian modal kerja tetapi dalam aplikasinya
bantuan tersebut di salah-gunakan untuk kepentingan konsumtif.
Sambil menghela nafas panjang, Bapak tadi
berujar "sudah di beri alat usaha malah dijual untuk membayar
hutang, di beri hewan ternak malah dijual untuk kebutuhan makan. Di beri uang
tunai malah di belikan cewek di lokalisasi. Dan mereka yang di bantu akan terus
berdiam diri pada lembah kemiskinan. Jika ada kemauan untuk berubah dari yang
dibantu dan pendampingan dari yang membantu tentu setiap program bantuan akan
berjalan dengan efectif. Tidak selalu dengan modal yang banyak untuk
menjadikan usaha besar. Paling penting adalah sumber daya manusia. Otak yang
sehat dan tenaganya kuat. Benahi dulu mental manusianya sebelum diberikan
bantuan, supaya segala bentuk bantuan tidak dialokasikan dengan salah.
Bantuan uang tunai senilai lima ratus ribu rupiah
pun jika di berikan kepada mereka yang bermental pejuang (mau berusaha, berkarya
dan bekerja keras dengan kesungguhan ) akan sangat bermanfaat. Apalagi
ada pendampingan (diawasi, diarahkan dan mencontohkan ). Jika itu di lakukan,
dalam waktu yang cepat bantuan tersebut akan berkembang dan muara akhir dari
tujuan yang membantu maupun yang dibantu adalah kesejahteraan bisa segera dicapai
Bapak tadi juga memberi contoh-contoh sederhana.
Bermodalkan otak kreatif, petugas jasa parkir di warung-warung ramai
pengunjung mampu mengisi kantong saku setiap hari tak kurang dari seratus ribu
rupiah. Bermodalkan lima ratus ribu rupiah saja pedagang gorengan bisa
mengantongi keuntungan tak kurang dari dua ratus ribu rupiah perhari.
Diakhir cerita, ada satu kalimat yang menurut saya penuh dengan sindiran tajam.
Sampai-sampai saya sempatkan untuk mencatat" lebih dari dua ratus lima
puluh juta jiwa penduduk indonesia dengan beragam kebutuhan dan tidak
terbatasnya setiap keinginan mereka, kenapa masih ada saja alasan terbatasnya
lapangan kerja?". Semakin besar jumlah penduduk diiringi dengan besarnya
jumlah lapangan pekerjaan karena pada dasarnya setiap lapangan kerja di tujukan
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia.
Rasa ngantuk saya hilang mendengar kalimat dari
si bapak . Kata-kata yang disampaikan dengan lantang dan penuh semangat.
Saya menangkap dua hal yang memberi pencerahan. Benahi mental manusianya dan
lakukanlah pendampingan. Dua hal yang penting ketika saya membuat suatu progam.
Tidak sekedar meluncurkannya setelah itu tidak berkelanjutan. Menata mental
juara bagi mereka yang akan melaksanakannya dan terus mendampinginya supaya
bisa.
Mendampingi tidak hanya sekedar mengawasi dan mengarahkan agar setiap program
berjalan dengan baik tetapi yang penting juga mencontohkan apakah program itu bisa di
laksanakan dengan baik pula. Jika sikap mentalnya saja tidak sejalan dengan
program yang di berikan di tambah lagi tidak ada pendampingan apakah mungkin
tujuan bisa diraih.