Catatan Ke Sebelas Ekspedisi Perbukitan Walikukun 2020 Sabawana Mahacita Indonesia
Berbekal
informasi dari teman yang lebih dahulu mengetahui lokasi Gotehan Kebo
dan petunjuk bapak tua misterius tentang seputar Gunung Padha kami
mencoba menelusurinya. Sebelum mendaki Gunung Padha melalui Goa Pasir,
kami berhenti pada lereng sisi timur gunung Padha untuk mencari letak
Watu Gong. Kebetulan, Bapak pemilik lahan Watu Gong ada dilokasi untuk
membersihkan ladangnya. Kami coba menggali informasi seputar Watu Gong
yang teletak di sebelah rerimbunan bambu tersebut. Kisah misteri
menyelimuti keberadaan Watu Gong. Bapak Pemilik lahan bercerita jika
Watu Gong merupakan sebuah pintu gerbang (gaib) untuk memasuki
perbukitan Walikukun dari sisi lain. Hanya orang tertentu yang bisa
memasukinya. Dilokasi tersebut sering dijumpai seekor ular besar dan
menjadi tempat olah supranatural. Beberapa pohon besar seperti pohon
Logos menambah kemistisan lokasi Watu Gong. Kami juga berkesempatan
menyaksikan Seekor Kera melesat naik kegunung Padha melalui tebing.
Gunung
Padha terletak di desa Junjung kecamatan Sumbergempol Tulungagung. Dari
pintu masuk Wisata sejarah Goa Pasir kami mendaki Gunung Padha. Ada dua
jalur yang tipe dan tingkat kesulitanya berbeda. Dari Situs Goa Pasir
bisa langsung trek naik lurus dengan keterjalan yang ekstrem atau
melipir memutari lereng yang nantinya masuk pada punggungan antara
Gunung Padha dan Gunung Botak. Kami memilih melingkar meskipun agak jauh
namun medan lebih landai, disamping itu karena pendakian kami lakukan
pada siang hari yang panas teriknya maksimal. Sebagian ilalang di lereng
atas Gunung Padha terbakar. Pohon-pohon meranggas dan rumput mengering
sehingga mudah terbakar. Lokasi kebakaran cukup luas berada di
punggungan antara Puncak Padha dan Puncak Botak.
Sampai
di area punggungan di antara Puncak Padha dan Puncak Botak kami
istirahat sejenak. Hembusan angin cukup kuat mengubah gerah menjadi
sejuk. sebentar saja keringat yang membasahi badan mengering. Dari sini
tinggal satu etafe menanjak menuju puncak Padha. Di sini lokasi puncak
batu teman-teman Pecinta Alam Kolocokro selalu memastikan bendera merah
putih berkibar di puncaknya. Apabila hilang atau sudah kusam senantiasa
melakukan giat pendakian untuk mengganti dan mengibarkan sang merah
putih di puncaknya. Dari puncak Padha kami mengarah ke sisi timur untuk
melihat lokasi Gotehan Kebo.
Gotehan Kebo
merupakan ceruk kolam diatas puncak Padha sisi timur. diameternya kira
kiranya 3 meter dan kedalama 1,5 meter luasnya 14 m2. Lokasi ini juga
berdekatan dengan tebing Watu Lumbung. Disisi sebelah selatan kolam
Gotehan Kebo terdapat tangga batu. Kami menemukan beberapa Pohon
Walikukun yang cukup besar dan sedang berbuah. Buah Walikukun rasana
manis dan sepat. Di lubang kolam ditumbuhi tanaman semak dan perdu
sehingga kami tidak bisa turun ke bawah. Menurut cerita Gotehan kebo
awalnya tidak dalam serta berair. kondisinya selalu basah menjadikan
tanah becek dan banyak hewan cacing. Di lokasi ini ada warga yang
mendengar suara lecutan cemeti seperti melecut Kerbau ketika musim
penghujan. Dari kondisi lingkungan seperti itu maka dinamakan oleh warga
setempat sebagai Gotehan Kebo.
Masih
cerita warga, di lokasi Gotehan Kebo pernah digali oleh pelaku
supranatural namun belum usai maksud dan tujuannya dihentikan oleh
aparat karena dianggap membahayakan warga sekitar dilereng Gunung
Padha.
Pada lereng
Gunung Padha terdapat situs Goa Pasir. Jika merujuk pada papan informasi
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Kabupaten Tulungagung
sejarah situs Goa Pasir disebutkan. Goa pasir merupakan kompleks cagar
budaya yang berada di lereng Gunung Padha. Goa ini di pahatkan pada
lereng terjal bukit. Bagian dalam Goa tersebut berelief dengan cerita
Arjunawiwaha mengambarkan adegan penggodaan terhadap Arjuna dan
pengikutnya oleh bidadari. Di bawah kompleks Goa Pasir terdapat
bongkahan batuan yang ditatah membentuk panil-panil gambar binatang dan
tokoh wanita, yaitu binatang Kera dalam posisi menari dan binatang
Gajah. Bongkahan ini menggambarkan sebuah fabel, cerita dengan lakon
binatang dan dianggap sebagai media untuk membicarakan hal -hal yang
berkenaan dengan sifat baik dan buruk. Selain itu terdapat pula
bongkahan batu yang di pahat sehingga menghasilkan gambaran Dwarapala
pada sebuah sisi, dan relief perahu pada sisi lainnya.
Beberapa
ahli berpendapat bahwa Goa ini adalah pertapaan yang di gunakan Gayatri
(Rajapadni) nenek Hayam Wuruk yang meninggal pada 1350 M yang
jenasahnya di semayamkan di Candi Boyolangu.
Basecamp Kura-Kura Sabawana Mahacita Indonesia minggu 30 Agustus 2020. 22.25 WIB
test
BalasHapustest kembali
Hapus