Banyak alternatif
sarana untuk melakukan perjalanan. Mungkin kamu mempercayakan pada kedua roda
motormu, Kokohnya empat roda mobilmu, atau mempercayakan pada mewahya kaki-kaki
mungilmu. Asalkan kita memiliki tekad yang kuat maka semua tujuan akan bisa
dicapai. Seperti halnya mendaki gunung Telomoyo ini. Kamu bisa memilih jalanmu
sendiri, karena roda-roda motor dan mobilmu akan mampu menggapai sampai
puncaknya dalam waktu 30 sampai 60 menit lalu berdiri gagah di bawah
tower-tower pemancar yang menghujam kelangit itu. Kami memilih jalan
sendiri, mempercayakan pada kedua kaki kami, melintasi jalur hutan, melewati
Dusun Ngrawan Jalan Kalipancur RT 6 RW 1 Kecamatan Getasan Kab. Semarang.
Rute yang kami lewati
ini di kenal juga dengan Jalur Prasasti. Jalur ini di bagi dalam empat etafe
yang terdiri dari 3 pos dan 1 tanjakan ekstrem. Setelah meminta izin
pendakian di Basecamp Prasasti, Saat itu kondisi basecamp sepi jauh berbeda
dengan Basecamp Andong Taruna Jaya Giri. Pendaki jarang melewati jalur ini. Hal
ini di tunjukkan dengan lintasan yang tertutup semak apalagi ketika masuk jalur
ekstreme, sudah tidak ada lagi jejak jalur selain hanya berpatokan pada satu
titik tower di atasnya. Mayoritas saya sebut " pengunjung wisatawan "
untuk mereka yang mengendarai kendaraan, sekedar berwisata dan berkemah
menikmati dingin dan view di atas Gunung Telomoyo. Rute yang kami lalui ini
banyak bersinggungan dengan wisata sejarah seperti Waduk Mbalong, Makam Cikal Bakal,
Prasasti Ngrawan, air terjun keramat, dan Watu Telu.
Beberapa ratus meter
dari Basecamp Prasasti kami sampai di waduk kecil bernama Waduk Mbalong, Mata
air yang jernih terisi ikan-ikan bermacam jenis, lingkungan yang asri di mana
sekitarnya banyak pohon besar dan tinggi. Dari waduk Mbalong menuju Prasasti
Ngrawan sekitar 500 meter dengan jalan menanjak. Tiga papan petunjuk jelas di
perempatan antara akses ke desa dengan akses ke puncak via jalan raya. Papan
petunjuk ini memberikan arah yang jelas bagi wisatawan yang ingin menuju
Prasasti Ngrawan. Didalam lokasi situs ini terdapat dua gentong batu yang
terisi air hujan, di sekitarnya terhampar areal lahan pertanian penduduk.
Kondisinya bersih dan terawat dengan baik. Perjalanan selanjutnya menuju pos I
( watu lonjong ) medan sudah mulai menanjak dan melewati vegetasi lahan
pertanian penduduk. Pos I ( watu lonjong ) di sebut demikian karena terdapat
batu besar dan lonjong sehingga bisa di jadikan tempat istirahat. Lokasi pos I
( watu lonjong ) ini berada di batas vegetasi hutan dengan lahan
pertanian. Menuju Pos II tanjakan semakin curam dan melewati vegetasi hutan
yang rapat, jalur berkelak-kelok menyusuri punggungan bukit. Pos II ( watu
lawang ) di sebut watu lawang karena terdapat dua batu besar yang membentuk
pintu masuk. Memasuki Pos II ini kami sudah berada di ketinggian, tampak jelas
Gunung Merbabu yang saat itu sebagaian puncaknya tertutup kabut. Perjalanan
selanjutnya menuju Watu Telu. Ada 3 batuan besar membentuk seperti cekungan. Di
tempat ini konon katanya merupakan tempat bertapa Baru Klinting tokoh legenda
Rawa Pening dan cerita tentang pertapaan Soekarno selama 66 hari di Watu Telu.
View di tempat ini memang menawan disisi kanan tampak gunung-gunung yang
menjulang tinggi seperti Merbabu, Sumbing dan Sundoro sementara di sisi kiri
kontras dengan nuansa pegunungan yaitu keindahan Rawa Pening dan jauh di sana
lautan ( pantai utara ) . Papan petunjuk arah cukup jelas terpasang di beberapa
titik hal ini membantu kami dalam orientasi medan. Selepas Watu Telu kami
melangkah ke tujuan kami selanjutnya yaitu air terjun keramat. Setelah melewati
lebatnya belukar kami menjejakkan kaki di bagian puncak Gunung Telomoyo.
Pada satu bagian puncak
kami menemukan tugu batas kabupaten yaitu batas antara Kabupaten Magelang dan
Kabupaten Semarang. Plakat besi menempel kokoh pada pondasi yang menghujam ke
tanah. Meskipun kami telah sampai di bagain puncak Gunung Telomoyo perjalanan
ke top puncak tertinggi masih cukup jauh. Kami harus menuruni punggungan gunung
untuk selanjutnya melibas trek eksteme dengan kemiringan 70 derajat. Kondisi
medan tidak jelas dan jalur tertutup semak belukar yang lebat. Hal ini
menunjukkan bahwa jalur ini jarang di lalui oleh pendaki. Melintasinya
dengan berjalan merambat perlahan, bersusah payah berpegangan pada dahan perdu
dan semak belukar. Pada kondisi ini di perparah dengan letihnya tubuh kami.
Medan trek ini di sebut dengan jalur ekstreme, Jalur dengan jurang yang dalam,
saya tidak mau membayangkan jika sampai tergelincir ke arah jurang tersebut.
Apalagi di sepanjang jalur banyak lubang-lubang entah bekas sarang hewan apa.
Menurut hemat kami lubang-lubang itu merupakan liang Musang. Mengingat di
sepanjang jalur banyak kami temukan kotoran hewan Musang. Satu-satunya titik
yang menjadi pedoman kami adalah Tower pemancar yang hanya terlihat pucuknya.
Mendaki hampir empat puluh lima menit akhirnya kami sampai di belakang puncak.
Sukses, guman kami dalam hati. Tiba di puncak kami menuju akses jalan aspal
dengan jarak kurang dari limapuluh meter. alhamdullilah, target kami menggapai
puncak Telomoyo melalui jalur Prasasti tercapai. Total perjalanan selama 3,5
jam dari Base Camp Prasasti menuju Puncak Telomoyo dengan ketinggian 1.894
Mdpl. Kami tidak menemukan sama sekali petunjuk atau tugu trianggulasi di
puncak Telomoyo. Hanya Tower-Tower pemancar yang betebaran di Puncaknya.
Sedikit turun ke bawah kurang lebih 100 meter terdapat landasan paralayang yang
di klaim tertinggi di Asia tenggara. Namun kondisinya sudah rusak.
Pengunjung muda-mudi
banyak memadati Puncak Telomoyo saat itu. Menurut penuturan penggunjung, jalur
aspal kondisinya rusak berat, berlubang dan menyisakan bebatuan makadam.
Suasana kurang mendukung, hujan gerimis mulai turun. Kabut menutupi permukaan
gunung. Jarak pandang kurang dari 30 meter. Dalam pendakian ini kami harus
berburu dengan waktu karena minimal sebelum jam 3 sore kami harus sampai di
jalan utama. Mengingat angkutan umum terakhir jam 4 sore kami segera turun
setelah meludeskan seluruh logistik kecuali 2 botol air minum yang masih terisi
penuh. Rute turun kami berpindah ke jalan beraspal tentunya tetap dengan
berjalan kaki.
Memang benar penuturan
para wisatawan jika jalannya rusak. Jalur landai panjang dan berkelak-kelok
melintasi hutan. Saat berada di punggungan gunung sebelum jalur ekstreme kami
sempat melihat lintasan jalur ini. Semua berjalan sesuai rencana untuk trekking
ke Andong dan Telomoyo.
Jalur
Transportasi :
Dari luar Propinsi jawa
tengah perjalanan Kereta api ( turun stasiun semarang atau stasiun
Solo ) / Bus turun terminal Semarang atau Solo dilanjutkan perjalanan bus antar
kota jurusan Semarang - Solo atau sebaliknya turun pertigaan Pasar Sapi
Salatiga, Naik angkutan mikrobus arah magelang turun pertigaan Getasan arah ke
Prasasti Ngrawan, jalan kaki/ Ojek ke arah dusun Dusun Ngrawan Jalan Kalipancur
RT 6 RW 1 Kecamatan Getasan Kab. Semarang dengan jarak 2 kilometer.
Jalur
Pendakian :
Basecamp Prasasti -
Waduk Mbalong - Prasasti Ngrawan -Pos I Watu Lonjong - Pos II Watu lawang - Pos
III Watu Telu - Air Terjun Keramat- Pelawangan Puncak - Jalur Ekstreme
-Puncak Tower Waktu tempuh pendakian maksimal 4,5 Jam menuju puncak
Gunung Telomoyo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar