Minggu, 03 April 2016

SAAT KAMI TIDAK BERHARAP SUNSET NAMUN TUHAN MEMBERI KAMI PELANGI ( Pendakian Gunung Ceremai 3078 Mdpl )



Stasiun Prujakan pagi ini cukup ramai. Stasiun kelas ekonomi di kota Cirebon ini merupakan jalur utama transportasi yang menghubungkan beberapa kota di Pulau Jawa. Tampak bergerombol kelompok-kelompok kecil manusia dengan tumpukan tas ransel di sudut stasiun. Kamipun sama seperti mereka bergerombol di depan stasiun membawa  tas ransel. Arah dan tujuan kami  dapat di pastikan dengan tepat jika melihat atribute dan barang yang di bawa, kemana lagi kalau bukan menyambangi Gunung tertinggi di Jawa Barat. Gunung Ceremai yang menjulang tinggi di tiga kabupaten di Jawa Barat. Memang melalui stasiun ini merupakan akses paling mudah dan murah menuju ke Gunung Ceremai.

Kami berangkat bertiga dari Kabupaten Kediri Jawa Timur. Menumpang kereta api kelas ekonomi Mataremaja yang telah melegenda. Sepuluh jam melewati malam beristirahat dengan kaki terlipat tentu membutuhkan perjuangan yang berat. Meski begitu tetap saja ada sisi nyaman menggunakan transportasi kereta api kelas ekonomi karena suasana gerbong lebih tenang, sejuk dan tidak ada sesak penumpang. Di warung pojok depan Stasiun Prujakan, berbaur dengan pengemudi angkot, karyawan dan rekan pendaki lain kami menikmati sarapan pagi. Menjadi pilihan menu masakan dengan nama yang asing berlabel kuliner khas Cirebon. Nasi Lengko yang ternyata ketika di sajikan menjadi menu makanan yang sering di santap setiap hari.  Memang saya sebelumnya browsing kuliner khas Cirebon, tersebut Nasi Lengko, Empal Gentong dan Nasi jamblang.

Menuju Pos Pendakian Palutungan Gunung Ceremai yang terletak di Kabupaten Kuningan Jawa Barat kami menyewa angkutan umum. Sebelum tercapai kata mufakat kami sempat terlibat negoisasi alot. Kami mencari teman team pendaki lain yang menuju arah yang sama untuk berbagi biaya perjalanan. Akhirnya kami bertemu dengan beberapa kelompok pendaki dari Semarang dengan tujuan yang sama. Satu angkot terisi oleh delapan pendaki berikut barang bawaannya. Kami beberapa kali meminta berhenti untuk belanja kebutuhan logistic atau untuk keperluan lain. Hitung-hitung sebagai fasilitas bagi penyewa. Tarif tidak begitu mahal karena masing-masing di kenakan biaya 50.000,-  Itupun sebenarnya Si Sopir angkot telah menyimpang dari kesepakatan awal. Tapi tidak apalah, yang penting kami sampai dengan cepat dan selamat di pos Pendakian Palutungan. Si Sopir angkot pun juga kena hukuman karena beberapa saat sebelum sampai tujuan terjaring operasi lalu lintas.

Pos Pendakian Palutungan merupakan salah satu jalur dari 3 jalur resmi pendakian Gunung Ceremai. Dua jalur lain adalah Jalur Apuy dan Jalur Lingarjati. Start pendakian Palutungan berada di ketinggian 1.100 Mdpl sehingga menuju puncak Ceremai tentu harus melibas trek yang menanjak. Tujuan pendakian kali ini mengikuti agenda event penghijauan dan pendakian bersama yang di selenggarakan oleh gabungan komunitas petualang Cirebon. Repacking kami lakukan sambil beristirahat di gazebo pos pendakian.  Setelah mengikuti seremonial kegiatan kami memulai pendakian. Kegiatan yang berlangsung tiga hari dua malam ini akan diisi dengan beberapa kegiatan diantaranya penghijauan dan pendakian bersama.

Hari pertama ini kami menuju ke basecamp Cigowong yang merupakan Pos Pendakian pertama, total  ada Sembilan pos Pendakian yang harus ditempuh yaitu Cigowong, Kuta, Arban, Panguyangan Badak, Tanjakan Asoy, Pesanggrahan, Sangyang ropoh, Goa Walet dan finish di  Puncak Ceremai 3078 Mdpl. Medan tempuh yang terpanjang dari jalur menuju puncak Ceremai adalah menuju Pos Cigowong, dominasi jalur merupakan medan yang menajak dan melewati vegetasi  semak, perdu serta hutan pinus. Pos Cigowong merupakan daerah camp yang cukup luas. Di pos ini ada sarana MCK yang di buat perhutani, serta di lokasi ini terdapat mata air paling akhir. Mendaki dari Pos Cigowongi logistic air minum harus di persiapkan dengan baik karena menuju puncak sudah tidak terdapat mata air. Pos I Cigowong merupakan lokasi  yang ideal untuk berkemah karena tempatnya luas dan teduh. Kami mendirikan tenda di tempat yang lapang, hari mulai senja dan rintik hujan membasahi bumi. Flysheet dan jas hujan  di fungsikan sebagai caver kedua untuk menahan air agar tidak merembes ke dalam tenda. Tiada yang paling nyaman dalam kondisi seperti ini kecuali tidur melingkar di dalam sleping bag tentunya setelah mengisi perut dengan sebungkus mie instan dan minuman berenergi.

Cahaya menerobos kerapatan dedaunan, suara riuh pendaki dan penghuni hutan yang memulai aktivitasnya membangunkan kami dari lelap tidur lebih dari delapan jam.  Cuaca cukup bersahabat, di musim penghujan seperti ini yang kita hindari adalah perlengkapan pendakian basah sehingga peralatan yang kedap air sangat di butuhkan dalam pendakian. Agenda kegiatan pendakian hari ini adalah menuju pos Pesanggrahan. Untuk mencapai Pos Pesanggrahan dari Pos Cigowong harus melewati empat pos pendakian lain. Kami telah menyusun rencana sendiri dengan target menggapai puncak hari ini. Menuju pos kedua Kuta jarak tempuh tidak terlalu panjang tetapi treknya menanjak, selepas sungai Cigowong trek menanjak hingga pos kuta. Medan yang basah membuat jalur menjadi licin dan becek. Perjalanan ke pos ketiga Pangguyangan Badak trek tidak terlalu sulit beberapa jalur datar dan tetap melewati kerapatan hutan dengan pohon-pohon besar yang menjulang tinggi ke langit. Pos Pangguyangan Badak berada di ketinggian 1.800 Mdpl dan jarak menuju ke puncak masih 4,5 Kilometer. Ada area yang cukup untuk mendirikan 10 tenda di pos ini. Konon pada masa lalu pos ini di ada lokasi berkubang badak.

Papan petunjuk di sepanjang Pos sangat jelas dengan keterangan jarak tempuh antar pos dan ketnggiannya. Jalur medan juga jelas karena seringnya di lalui pendaki. Menuju pos selanjutnya yaitu Pos Arban di ketinggian 2.050 Mdpl jalur mulai menanjak ekstrim, melewati dan merambat melalui akar-akar pohon. Pos selanjutnya sebelum mencapai pos pesanggrahan adalah Pos Tanjakan Asoy di ketinggian 2.200 Mdpl, di sini jalur menanjak ekstrem dan panjang. Menempuh jalur ini membutuhkan tenaga ekstra karena jalur menanjak tajam dan berkelak-kelok seakan tiada habisnya. Dominasi jalur tetap menembus kerapatan hutan basah dan merambat melalui akar-akar pohon.
Gunung Ceremai memiliki kerapatan hutan hujan yang luar biasa, matahari sulit menerobos sampai ke dasar tanah. Tanah menjadi subur karena dedaunan terurai dengan cepat. Pohon-pohon tanpa gangguan bisa tumbuh dengan besar. Tiga jam berjalan menanjak melewati empat pos kami sampai di Pos Pesanggarahan. Beristirahat sejenak selanjutnya segera kami dirikan tenda. Hujan mengguyur sebentar namun kami sudah terlindung di dalam tenda. Memulihkan stamina dengan makan siang dengan menu yang tetap sama mie instan dan minuman berenergi. Dua jam adalah waktu yang cukup untuk beristirahat dan memulihkan stamina. Menuju puncak kami masih harus melibas 2 pos lagi yaitu Pos Sangyang Ropoh ( 2650 Mdpl ) dan Goa Walet ( 2.950 Mdpl ). Semua perlengkapan kami tinggalkan di dalam tenda. Hanya peralatan survival dan logistic dalam tas backpack yang kami bawa. Dengan beban yang ringan kami berharap bisa melaju dengan cepat menuju puncak. Masih ada sisa waktu empat jam sebelum malam untuk menempuh perjalanan pulang pergi  dari Pos Pesanggrahan menuju Puncak Ceremai.

Selepas Pos Pesanggrahan kerapatan hutan mulai berkurang, Puncak Ceremai nampak dengan jelas. Pohon-pohon Edelweiss betebaran di sepanjang jalur trek menanjak berbatu menuju Puncak. Saat ini belum musim berbunga namun pohon Edelweiss tumbuh dengan baik dan saling mendominasi di ketinggian dengan Pohon Cantigi. Seletah melewati Pos Sangyang Ropoh kami melewati persimpangan jalur dengan papan petunjuk jalur yang jelas yaitu jalur menuju pos Pendakian Apuy dan Jalur menuju ke puncak. Persimpangan jalur ini berada di tengah-tengah antara Pos Sangyang Ropoh dengan Pos Goa Walet. Mulai dari jalur ini tanjakan makin sulit di lalui karena bebatuan yang mudah tergelinjir dan ceruk aliran air yang cukup dalam berada di sisi kanan dan kiri jalur. Goa walet merupakan pelawangan menuju ke Puncak Ceremai. Berada pada cekungan disisi puncak dengan area camp yang cukup luas membuat lokasi ini merupakan tempat yang nyaman untuk berlindung dari ancaman badai gunung. Lobang Goa Walet mengarah ke kawah, mungkin pada masa lalu area ini merupakan lokasi aliran lahar. Tampak diarea Goa Walet perkemahan pendaki memenuhi area camp.
Puncak Ceremai terlihat dengan jelas dari Pos Goa Walet. Dari pos ini jarak tempuh sesuai petunjuk menuju puncak tinggal 300 meter. Angin berhembus cukup kuat, namun pohon-pohon Cantigi di sepanjang jalur mampu melindungi pendaki dari terpaan Angin. Kami cukup khawatir jika terjadi hujan, sebelum kami mencapai puncak rintik hujan turun dan suara petir mengelegar di angkasa. Manusiawi jika kami merasa takut. Kami tetap berjalan dengan menggunakan flysheet untuk berlindung dari air hujan. Menjejakkan kaki di puncak, kami langsung berhadapan dengan bibir kawah yang dalam dan membentang luas. Hari telah senja namun matahari di ufuk barat masih mampu menyinari sebagian puncak sementara di sisi lain mendung hitam pekat. Ketika aktivitas fisik terhenti, dingin mulai menyergap menembut jaket dan menusuk kulit.  Seperti biasa mengabadikan dan mendokumentasikan moment berada di puncak gunung. Ada yang luar biasa dalam pendakian kali ini ketika kami tidak berharap mendapatkan sunset Tuhan memberikan kami pelangi di ufuk timur.  Sisi yang terang dan sisi yang gelap telah menghadirkan  keindahan cahaya di puncak Ceremai, Cahaya warna-warni pelangi menghiasi puncak Gunung Ceremai.

Menikmati moment kemenangan menggapai Puncak Ceremai dengan singkat namun begitu berkesan selanjutnya kami segera bergegas turun gunung. Kini kami hanya berfikir bagaimana segera turun dengan hati-hati dan bisa kembali ke bawah dengan selamat. Berbeda saat mendaki yang harus sering beristirahat singkat untuk mengatur nafas, kini kami turun dengan berjalan pelan dan tiada henti. Kami bersyukur sejauh ini tidak ada masalah yang berarti dengan modal utama untuk berjalan menempuh rute ini. Kaki masih kuat dan tidak ada yang cidera. Sebelum gelap kami sudah sampai kembali di Pos pendakian Pesanggrahan. Malam ini kami harus beristirahat dengan cukup meskipun pada kenyataannya mata sulit untuk terpejam. Hawa dingin di ketinggian 2.400 Mdpl bisa kami atasi dengan berlindung di kantong slepping bag, tapi rasa penat dan lelah tubuh sulit rasanya untuk di singkirkan.
Pagi menjelang dan kami segera berkemas. Peralatan dan perlengkapan sudah tertata rapi kembali ke dalam 3 tas ransel. Target pos pendakian Palutungan bisa di capai sebelum siang. Pos demi pos kami lewati dengan cepat dengan sesekali beristirahat. Logistik masih cukup untuk bekal perjalanan turun baik minuman maupun makanan. Berjalan hampir 5 jam kami sampai di Pos Pendakian Palutungan. Ada beberapa kelompok pendaki lain yang juga turun bersama kami. Memang kami sedikit menyimpang dari agenda pendakian. Seharusnya sesuai jadwal pagi ini kami baru summit menikmati sunrise dan di pastikan bisa kembali di pos palutungan sore hari.  Berada di pos Palutungan, kami bertiga dan beberapa rekan pendaki lain merupakan peserta kegiatan yang paling awal turun.

Udara terasa panas di depan Stasiun Prujakan Cirebon. Masih ada jeda waktu empat jam sebelum kereta api Brantas menjemput kami untuk pulang ke Kediri. Mencari kegiatan dengan membuka file-file foto yang kami dokumentasikan dan sebagian kami upload di media social. Sebelum pulang menyempatkan kembali untuk mencicipi kuliner khas Cirebon. Nasi Jamblang menjadi salah satu referensi keanekaragaman masakan khas nusantara.



JALUR TRANSPORTASI MENUJU POS PENDAKIAN PALUTUNGAN :
  1. Stasiun Prujakan Cirebon untuk kereta ekonomi  dari Jawa Timur, Jawa Tengah
  2. Stasiun Prujakan menuju Terminal Cirebon transportasi angkutan umum / ojek
  3. Terminal Cirebon menuju kuningan angkutan elf/ bus turun pertigaan Cigugur
  4. Pertigaan Cigugur menuju ke Pos Palutungan angkutan umum
  5. Sewa angkot dari depan stasiun Prujakan menuju Pos Palutungan ( alternative paling cepat )


JALUR PENDAKIAN PALUTUNGAN :
  1. Palutungan ( 1.100 Mdpl ) menuju Pos I Cigowong ( 1.450 Mdpl ) jarak 4,2 KM
  2. Pos I Cigowong ( 1.450 Mdpl ) menuju Pos II Kuta ( 1.575 Mdpl ) jarak 0,4 KM
  3. Pos II Kuta ( 1.575 Mdpl ) menuju Pos III Panguyangan badak ( 1.800 Mdpl ) jarak 0,6 KM
  4. Pos III Panguyangan Badak ( 1.800 Mdpl ) menuju pos IV Arban (2050 Mdpl )jarak 0,9 KM
  5. Pos IV Arban ( 2050 Mdpl ) menuju Pos V Tanjakan Asoy ( 2.200 Mdpl )jarak 0,7 KM
  6. Pos V Tanjakan Asoy ( 2.200 Mdpl ) menuju Pos VI Pesangrahan ( 2450 Mdpl ) jarak 1,3 KM
  7. Pos VI Pesanggrahan ( 2450 Mdpl ) menuju Pos VII Sangyang ropoh ( 2.650Mdpl )jarak 0,3 KM
  8. Pos VII Sangyang Ropoh ( 2.650 Mdpl ) menuju Pos VIII Goa Walet ( 2.950 Mdpl ) jarak 0.8 KM
  9. Pos VIII Goa Walet ( 2950 Mdpl ) menuju Puncak Ceremai ( 3078 Mdpl )jarak 0,3 KM
( Gunung Ceremai 3078 Mdpl ( 25-27 Maret 2016 ) Sabawana Mahacita Indonesia Mendaki di Atap Jawa Barat )

PILIH JALANMU SENDIRI UNTUK MENGGAPAI PUNCAK GUNUNG TELOMOYO

Banyak alternatif sarana untuk melakukan perjalanan. Mungkin kamu mempercayakan pada kedua roda motormu, Kokohnya empat roda mo...