Stasiun Prujakan pagi ini cukup
ramai. Stasiun kelas ekonomi di kota Cirebon ini merupakan jalur utama
transportasi yang menghubungkan beberapa kota di Pulau Jawa. Tampak bergerombol
kelompok-kelompok kecil manusia dengan tumpukan tas ransel di sudut stasiun. Kamipun
sama seperti mereka bergerombol di depan stasiun membawa tas ransel. Arah dan tujuan kami dapat di pastikan dengan tepat jika melihat atribute
dan barang yang di bawa, kemana lagi kalau bukan menyambangi Gunung tertinggi
di Jawa Barat. Gunung Ceremai yang menjulang tinggi di tiga kabupaten di Jawa Barat.
Memang melalui stasiun ini merupakan akses paling mudah dan murah menuju ke
Gunung Ceremai.
Kami berangkat bertiga dari Kabupaten
Kediri Jawa Timur. Menumpang kereta api kelas ekonomi Mataremaja yang telah
melegenda. Sepuluh jam melewati malam beristirahat dengan kaki terlipat tentu
membutuhkan perjuangan yang berat. Meski begitu tetap saja ada sisi nyaman
menggunakan transportasi kereta api kelas ekonomi karena suasana gerbong lebih
tenang, sejuk dan tidak ada sesak penumpang. Di warung pojok depan Stasiun
Prujakan, berbaur dengan pengemudi angkot, karyawan dan rekan pendaki lain kami
menikmati sarapan pagi. Menjadi pilihan menu masakan dengan nama yang asing berlabel
kuliner khas Cirebon. Nasi Lengko yang ternyata ketika di sajikan menjadi menu
makanan yang sering di santap setiap hari.
Memang saya sebelumnya browsing kuliner khas Cirebon, tersebut Nasi
Lengko, Empal Gentong dan Nasi jamblang.
Menuju Pos Pendakian Palutungan
Gunung Ceremai yang terletak di Kabupaten Kuningan Jawa Barat kami menyewa
angkutan umum. Sebelum tercapai kata mufakat kami sempat terlibat negoisasi
alot. Kami mencari teman team pendaki lain yang menuju arah yang sama untuk berbagi
biaya perjalanan. Akhirnya kami bertemu dengan beberapa kelompok pendaki dari
Semarang dengan tujuan yang sama. Satu angkot terisi oleh delapan pendaki
berikut barang bawaannya. Kami beberapa kali meminta berhenti untuk belanja
kebutuhan logistic atau untuk keperluan lain. Hitung-hitung sebagai fasilitas
bagi penyewa. Tarif tidak begitu mahal karena masing-masing di kenakan biaya
50.000,- Itupun sebenarnya Si Sopir angkot
telah menyimpang dari kesepakatan awal. Tapi tidak apalah, yang penting kami
sampai dengan cepat dan selamat di pos Pendakian Palutungan. Si Sopir angkot
pun juga kena hukuman karena beberapa saat sebelum sampai tujuan terjaring
operasi lalu lintas.
Pos Pendakian Palutungan
merupakan salah satu jalur dari 3 jalur resmi pendakian Gunung Ceremai. Dua
jalur lain adalah Jalur Apuy dan Jalur Lingarjati. Start pendakian Palutungan
berada di ketinggian 1.100 Mdpl sehingga menuju puncak Ceremai tentu harus
melibas trek yang menanjak. Tujuan pendakian kali ini mengikuti agenda event
penghijauan dan pendakian bersama yang di selenggarakan oleh gabungan komunitas
petualang Cirebon. Repacking kami lakukan sambil beristirahat di gazebo pos
pendakian. Setelah mengikuti seremonial
kegiatan kami memulai pendakian. Kegiatan yang berlangsung tiga hari dua malam
ini akan diisi dengan beberapa kegiatan diantaranya penghijauan dan pendakian
bersama.
Hari pertama ini kami menuju ke
basecamp Cigowong yang merupakan Pos Pendakian pertama, total ada Sembilan pos Pendakian yang harus
ditempuh yaitu Cigowong, Kuta, Arban, Panguyangan Badak, Tanjakan Asoy,
Pesanggrahan, Sangyang ropoh, Goa Walet dan finish di Puncak Ceremai 3078 Mdpl. Medan tempuh yang
terpanjang dari jalur menuju puncak Ceremai adalah menuju Pos Cigowong,
dominasi jalur merupakan medan yang menajak dan melewati vegetasi semak, perdu serta hutan pinus. Pos Cigowong
merupakan daerah camp yang cukup luas. Di pos ini ada sarana MCK yang di buat
perhutani, serta di lokasi ini terdapat mata air paling akhir. Mendaki dari Pos
Cigowongi logistic air minum harus di persiapkan dengan baik karena menuju
puncak sudah tidak terdapat mata air. Pos I Cigowong merupakan lokasi yang ideal untuk berkemah karena tempatnya
luas dan teduh. Kami mendirikan tenda di tempat yang lapang, hari mulai senja
dan rintik hujan membasahi bumi. Flysheet dan jas hujan di fungsikan sebagai caver kedua untuk menahan
air agar tidak merembes ke dalam tenda. Tiada yang paling nyaman dalam kondisi
seperti ini kecuali tidur melingkar di dalam sleping bag tentunya setelah
mengisi perut dengan sebungkus mie instan dan minuman berenergi.
Cahaya menerobos kerapatan
dedaunan, suara riuh pendaki dan penghuni hutan yang memulai aktivitasnya
membangunkan kami dari lelap tidur lebih dari delapan jam. Cuaca cukup bersahabat, di musim penghujan
seperti ini yang kita hindari adalah perlengkapan pendakian basah sehingga
peralatan yang kedap air sangat di butuhkan dalam pendakian. Agenda kegiatan
pendakian hari ini adalah menuju pos Pesanggrahan. Untuk mencapai Pos
Pesanggrahan dari Pos Cigowong harus melewati empat pos pendakian lain. Kami
telah menyusun rencana sendiri dengan target menggapai puncak hari ini. Menuju
pos kedua Kuta jarak tempuh tidak terlalu panjang tetapi treknya menanjak,
selepas sungai Cigowong trek menanjak hingga pos kuta. Medan yang basah membuat
jalur menjadi licin dan becek. Perjalanan ke pos ketiga Pangguyangan Badak trek
tidak terlalu sulit beberapa jalur datar dan tetap melewati kerapatan hutan
dengan pohon-pohon besar yang menjulang tinggi ke langit. Pos Pangguyangan
Badak berada di ketinggian 1.800 Mdpl dan jarak menuju ke puncak masih 4,5
Kilometer. Ada area yang cukup untuk mendirikan 10 tenda di pos ini. Konon pada
masa lalu pos ini di ada lokasi berkubang badak.
Papan petunjuk di sepanjang Pos
sangat jelas dengan keterangan jarak tempuh antar pos dan ketnggiannya. Jalur
medan juga jelas karena seringnya di lalui pendaki. Menuju pos selanjutnya yaitu
Pos Arban di ketinggian 2.050 Mdpl jalur mulai menanjak ekstrim, melewati dan
merambat melalui akar-akar pohon. Pos selanjutnya sebelum mencapai pos
pesanggrahan adalah Pos Tanjakan Asoy di ketinggian 2.200 Mdpl, di sini jalur
menanjak ekstrem dan panjang. Menempuh jalur ini membutuhkan tenaga ekstra
karena jalur menanjak tajam dan berkelak-kelok seakan tiada habisnya. Dominasi
jalur tetap menembus kerapatan hutan basah dan merambat melalui akar-akar
pohon.
Gunung Ceremai memiliki kerapatan
hutan hujan yang luar biasa, matahari sulit menerobos sampai ke dasar tanah.
Tanah menjadi subur karena dedaunan terurai dengan cepat. Pohon-pohon tanpa
gangguan bisa tumbuh dengan besar. Tiga jam berjalan menanjak melewati empat
pos kami sampai di Pos Pesanggarahan. Beristirahat sejenak selanjutnya segera
kami dirikan tenda. Hujan mengguyur sebentar namun kami sudah terlindung di
dalam tenda. Memulihkan stamina dengan makan siang dengan menu yang tetap sama
mie instan dan minuman berenergi. Dua jam adalah waktu yang cukup untuk
beristirahat dan memulihkan stamina. Menuju puncak kami masih harus melibas 2
pos lagi yaitu Pos Sangyang Ropoh ( 2650 Mdpl ) dan Goa Walet ( 2.950 Mdpl ).
Semua perlengkapan kami tinggalkan di dalam tenda. Hanya peralatan survival dan
logistic dalam tas backpack yang kami bawa. Dengan beban yang ringan kami
berharap bisa melaju dengan cepat menuju puncak. Masih ada sisa waktu empat jam
sebelum malam untuk menempuh perjalanan pulang pergi dari Pos Pesanggrahan menuju Puncak Ceremai.
Selepas Pos Pesanggrahan
kerapatan hutan mulai berkurang, Puncak Ceremai nampak dengan jelas.
Pohon-pohon Edelweiss betebaran di sepanjang jalur trek menanjak berbatu menuju
Puncak. Saat ini belum musim berbunga namun pohon Edelweiss tumbuh dengan baik dan
saling mendominasi di ketinggian dengan Pohon Cantigi. Seletah melewati Pos
Sangyang Ropoh kami melewati persimpangan jalur dengan papan petunjuk jalur
yang jelas yaitu jalur menuju pos Pendakian Apuy dan Jalur menuju ke puncak.
Persimpangan jalur ini berada di tengah-tengah antara Pos Sangyang Ropoh dengan
Pos Goa Walet. Mulai dari jalur ini tanjakan makin sulit di lalui karena
bebatuan yang mudah tergelinjir dan ceruk aliran air yang cukup dalam berada di
sisi kanan dan kiri jalur. Goa walet merupakan pelawangan menuju ke Puncak Ceremai.
Berada pada cekungan disisi puncak dengan area camp yang cukup luas membuat
lokasi ini merupakan tempat yang nyaman untuk berlindung dari ancaman badai
gunung. Lobang Goa Walet mengarah ke kawah, mungkin pada masa lalu area ini
merupakan lokasi aliran lahar. Tampak diarea Goa Walet perkemahan pendaki
memenuhi area camp.
Puncak Ceremai terlihat dengan
jelas dari Pos Goa Walet. Dari pos ini jarak tempuh sesuai petunjuk menuju
puncak tinggal 300 meter. Angin berhembus cukup kuat, namun pohon-pohon Cantigi
di sepanjang jalur mampu melindungi pendaki dari terpaan Angin. Kami cukup
khawatir jika terjadi hujan, sebelum kami mencapai puncak rintik hujan turun dan
suara petir mengelegar di angkasa. Manusiawi jika kami merasa takut. Kami tetap
berjalan dengan menggunakan flysheet untuk berlindung dari air hujan.
Menjejakkan kaki di puncak, kami langsung berhadapan dengan bibir kawah yang
dalam dan membentang luas. Hari telah senja namun matahari di ufuk barat masih
mampu menyinari sebagian puncak sementara di sisi lain mendung hitam pekat.
Ketika aktivitas fisik terhenti, dingin mulai menyergap menembut jaket dan
menusuk kulit. Seperti biasa
mengabadikan dan mendokumentasikan moment berada di puncak gunung. Ada yang
luar biasa dalam pendakian kali ini ketika kami tidak berharap mendapatkan
sunset Tuhan memberikan kami pelangi di ufuk timur. Sisi yang terang dan sisi yang gelap telah menghadirkan keindahan cahaya di puncak Ceremai, Cahaya
warna-warni pelangi menghiasi puncak Gunung Ceremai.
Menikmati moment kemenangan
menggapai Puncak Ceremai dengan singkat namun begitu berkesan selanjutnya kami segera
bergegas turun gunung. Kini kami hanya berfikir bagaimana segera turun dengan
hati-hati dan bisa kembali ke bawah dengan selamat. Berbeda saat mendaki yang
harus sering beristirahat singkat untuk mengatur nafas, kini kami turun dengan
berjalan pelan dan tiada henti. Kami bersyukur sejauh ini tidak ada masalah
yang berarti dengan modal utama untuk berjalan menempuh rute ini. Kaki masih
kuat dan tidak ada yang cidera. Sebelum gelap kami sudah sampai kembali di Pos
pendakian Pesanggrahan. Malam ini kami harus beristirahat dengan cukup meskipun
pada kenyataannya mata sulit untuk terpejam. Hawa dingin di ketinggian 2.400
Mdpl bisa kami atasi dengan berlindung di kantong slepping bag, tapi rasa penat
dan lelah tubuh sulit rasanya untuk di singkirkan.
Pagi menjelang dan kami segera
berkemas. Peralatan dan perlengkapan sudah tertata rapi kembali ke dalam 3 tas
ransel. Target pos pendakian Palutungan bisa di capai sebelum siang. Pos demi
pos kami lewati dengan cepat dengan sesekali beristirahat. Logistik masih cukup
untuk bekal perjalanan turun baik minuman maupun makanan. Berjalan hampir 5 jam
kami sampai di Pos Pendakian Palutungan. Ada beberapa kelompok pendaki lain
yang juga turun bersama kami. Memang kami sedikit menyimpang dari agenda
pendakian. Seharusnya sesuai jadwal pagi ini kami baru summit menikmati sunrise
dan di pastikan bisa kembali di pos palutungan sore hari. Berada di pos Palutungan, kami bertiga dan
beberapa rekan pendaki lain merupakan peserta kegiatan yang paling awal turun.
Udara terasa panas di depan
Stasiun Prujakan Cirebon. Masih ada jeda waktu empat jam sebelum kereta api
Brantas menjemput kami untuk pulang ke Kediri. Mencari kegiatan dengan membuka
file-file foto yang kami dokumentasikan dan sebagian kami upload di media
social. Sebelum pulang menyempatkan kembali untuk mencicipi kuliner khas
Cirebon. Nasi Jamblang menjadi salah satu referensi keanekaragaman masakan khas
nusantara.
JALUR TRANSPORTASI MENUJU POS PENDAKIAN PALUTUNGAN :
- Stasiun Prujakan Cirebon untuk kereta ekonomi dari Jawa Timur, Jawa Tengah
- Stasiun Prujakan menuju Terminal Cirebon transportasi angkutan umum / ojek
- Terminal Cirebon menuju kuningan angkutan elf/ bus turun pertigaan Cigugur
- Pertigaan Cigugur menuju ke Pos Palutungan angkutan umum
- Sewa angkot dari depan stasiun Prujakan menuju Pos Palutungan ( alternative paling cepat )
JALUR PENDAKIAN
PALUTUNGAN :
- Palutungan ( 1.100 Mdpl ) menuju Pos I Cigowong ( 1.450 Mdpl ) jarak 4,2 KM
- Pos I Cigowong ( 1.450 Mdpl ) menuju Pos II Kuta ( 1.575 Mdpl ) jarak 0,4 KM
- Pos II Kuta ( 1.575 Mdpl ) menuju Pos III Panguyangan badak ( 1.800 Mdpl ) jarak 0,6 KM
- Pos III Panguyangan Badak ( 1.800 Mdpl ) menuju pos IV Arban (2050 Mdpl )jarak 0,9 KM
- Pos IV Arban ( 2050 Mdpl ) menuju Pos V Tanjakan Asoy ( 2.200 Mdpl )jarak 0,7 KM
- Pos V Tanjakan Asoy ( 2.200 Mdpl ) menuju Pos VI Pesangrahan ( 2450 Mdpl ) jarak 1,3 KM
- Pos VI Pesanggrahan ( 2450 Mdpl ) menuju Pos VII Sangyang ropoh ( 2.650Mdpl )jarak 0,3 KM
- Pos VII Sangyang Ropoh ( 2.650 Mdpl ) menuju Pos VIII Goa Walet ( 2.950 Mdpl ) jarak 0.8 KM
- Pos VIII Goa Walet ( 2950 Mdpl ) menuju Puncak Ceremai ( 3078 Mdpl )jarak 0,3 KM
( Gunung Ceremai 3078 Mdpl ( 25-27 Maret 2016 ) Sabawana Mahacita
Indonesia Mendaki di Atap Jawa Barat )