Minggu, 29 Mei 2016

MENDAKI JALUR SUNYI MENUJU PUNCAK 2282 MDPL GUNUNG ANJASMORO



Kami bertiga berangkat dari Kediri saat hari masih pagi. Menggunakan tiga kendaraan bermotor yang melaju beriringan, perjalanan mengarah ke jalur Pegunungan Anjasmoro Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang Jawa Timur. Masing-masing membonceng tas ransel berisi alat dan logistic untuk mendaki gunung. Seperti biasa jika kami telah memutuskan suatu rencana perjalanan maka dengan gigih akan segera di laksanakan. Berbekal sedikit informasi tentang jalur pendakian Gunung Anjasmoro kami mencari satu desa bernama Carang Wulung. Setelah beberapa kali bertanya hingga mendapatkan petunjuk yang tepat tentang lokasi basecamp pendakian Gunung Anjasmoro. Rumah Cak Kancil yang bersebelahan dengan Masjid Jabal Nur di Dusun Segunung Desa Carang Wulung Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang adalah basecamp pendakian Gunung Anjasmoro melalui Jalur Wonosalam. Bisa di sebut basecamp karena mayoritas pendaki biasa menitipkan kendaraan dirumah tersebut atau pemilik rumah bersedia memandu perjalanan mendaki Gunung Anjasmoro. Menuju basecamp tidak mudah karena harus melewati jalur makadam dan aspal yang rusak. 

Pendakian Gunung ini kami ditemani beberapa rekan pendaki dari Jombang. Gunung anjasmoro bukan gunung yang komersial seperti Gunung-Gunung lain di jawa timur seperti Semeru, Arjuno  dan Welirang. Jalur pendakian masih sepi, dalam satu bulan mungkin didaki kurang dari 100 orang. Pada saat kami mendaki hanya sekali berpapasan dengan 3 pendaki lain yang sedang turun sementara menurut informasi dari basecamp diatas hanya ada satu kelompok lain yang sedang melaju menuju puncak. Padahal waktu pendakian kami di hari sabtu dan minggu di mana Gunung-gunung lain pastinya penuh sesak oleh para pendaki. Setelah mengecek perbekalan dan perlengkapan, tepat jam 11 kami memulai perjalanan. Awal pendakian kami melewati ladang dan perkebunan penduduk , jalur  menanjak langsung menyambut. Perjalanan mendaki secara normal membutuhkan waktu 5 sampai 6 jam perjalanan  sementara untuk turun membutuhkan waktu 3 jam. Rasa lelah tidak terasa ketika mendaki bersama. Senda gurau dan candaan di sepanjang perjalanan bisa mengurangi rasa letih. Indahnya pemandangan alam di sepanjang jalur membuat semangat terus menyala. 

Jalur pendakian melalui desa Carang Wulung terdiri dari empat pos pendakian. Pos pertama dinamakan Pos Kancil, pos ini berada di sebuah puncak bukit. Area tidak terlalu luas di mana kanan dan kiri jurang yang dalam. Pemandangan alam di pos pertama ini sangat indah. Dua sisi yang berbeda, berada tepat di atasnya adalah hutan lebat sementara di bawahnya lahan pertanian dan perkampungan penduduk yang terlihat jelas menghampar luas. Di tempat ini bisa didirikan beberapa tenda untuk berkemah tampak beberapa lokasi bekas perapian.  Jalur menuju pos kedua langsung menanjak tajam, beberapa kali harus menyibak belukar dan mulai memasuki hutan hujan yang lebat. Pos II ini di namakan Pos Salwa. Jalur via Carang Wulung memang dipopulerkan oleh komunitas pendaki dari IPPALA dan Ngompas Jombang melalui beberapa event seperti endakian missal atau acara penghijauan. Pos kedua berada di tengah hutan di mana jalur berada di punggungan gunung.  Kelebatan hutan menjadi tempat yang ideal untuk kehidupan satwa liar. Pada saat beristirahat sempat melihat dua rangkok jawa terbang diatas kami, kepakan sayap dari tubuh besarnya menghasilkan suara yang cukup keras. Lokasi pos kedua ini tidak direkomendasikan untuk berkemah karena memang lokasinya tidak memadai untuk mendirikan tenda.

Waktu menunjukkan pukul 5 sore ketika kami menginjakkan kaki di pos ketiga yang disebut Pos Bambu. Melepas lelah di bawah rerimbunan pohon bambu sambil menunggu rekan lain yang sedang mengisi perbekalan air minum. Di dekat lokasi ini terdapat mata air terakhir. Kebutuhan air harus di isi penuh mengingat menuju ke puncak sudah tidak ada lagi sumber mata air.  Di Pos Bambu ada tempat yang cukup lapang untuk mendirikan beberapa tenda yaitu di bawah rerimbunan pohon  bambu. Kewaspadaan sangat perlu ketika mendirikan tenda di bawah rerimbunan bambu karena hewan berbahaya seperti ular masih sering di jumpai. Mata air terletak di kiri jalur mengarah ke bawah menuruni punggungan gunung sementara arah ke kanan merupakan jalur utama menuju puncak bayangan (pos keempat ). Kerapatan hutan, dan kelembapan tanah akibad curah hujan yang tinggi menjadikan tempat ini nyaman bagi serangga dan hewan kecil lainnya untuk berkembang dengan baik. Salah satunya hewan kecil yang cukup menggangu adalah Pacet. Hewan penghisap darah ini cukup banyak berkeliaran di tanah sehingga jika tidak menggunakan peralatan standart lapangan yang baik maka dipastikan kaki bentol-bentol akibad hisapan hewan Pacet. 

Hari mulai gelap saat kami melanjutkan perjalanan menuju pos keempat yaitu Puncak Bayangan. Rencananya di pos empat kami akan mendirikan perkemahan karena esoknya melanjutkan perjalanan mendaki menuju Puncak Anjasmoro. Perjalanan dari Pos Bambu menuju Pos keempat yaitu Puncak Bayangan membutuhkan waktu satu jam perjalanan. Lampu senter kami hidupkan, cahaya yang redup mampu menembus pekat malam. Berpuluh kunang-kunang dan hewan malam mulai meramaikan suasana mencekam dalam perjalanan menuju Puncak Bayangan. Medan terus menanjak beberapa rintangan pohon tumbang dan perdu harus kami lalui untuk mencapai pos Puncak Bayangan. Pos empat merupakan tempat yang ideal untuk mendirikan tenda. Lokasinya cukup luas dan terlindungi oleh semak dan rerumputan. Cuaca cerah dan langit bertabur bintang, beberapa gunung di sebelah timur berderet  Gunung Kawi, Arjuno, Kembar, Welirang saling sambung-menyambung dari kejauhan. Puncak Anjasmoro kelihatan jelas berada di kiri perkemahan kami. 

Inilah kebersamaan dan kekompakan para pendaki gunung, meski baru kenal dan dipertemukan untuk satu tujuan yang sama namun keakraban cepat terjalin. Bahu membahu mendirikan lima tenda bisa dilakukan dengan waktu yang singkat. Kurang dari lima belas menit perkemahan kami telah berdiri di puncak bayangan. Rasa lelah cepat terobati dengan bercanda gurau. Perjalanan ini harus kami nikmati dalam keterbatasan sumberdaya. Makan bersama terasa nikmat meski dengan cara sederhana. Melewati malam dengan duduk melingkar menghadap api unggun bercerita apa saja tentang perjalanan kami mendaki gunung atau menceritakan kisah mistis di tempat-tempat yang sunyi. Bara api mampu mengusir hawa dingin dan serangga yang tidak bersahabat. Malam makin larut sebagaian kawan masih terjaga sementara yang lainnya terlelap melingkar bebas didalam tenda.

Pagi menjelang, cahaya mulai menerobos sela-sela dedaunan. Kami harus segera bergegas melanjutkan perjalanan. Meski masih terasa letih namun ini adalah kesempatan terbaik untuk mencapai puncak. Perkemahan sedikit kami rapikan, memasukkan peralatan ke dalam tenda dan mendaki dengan perbekalan makan secukupnya.  Sebelumnya telah kami perhitungkan untuk memutuskan meninggalkan perkemahan tanpa penjagaan. Jarak pos Puncak Bayangan dengan puncak Gunung Anjasmoro tidak terlalu jauh. Berjalan tanpa istirahat untuk sampai ke puncak membutuhkan waktu 30 menit. Jalur menuju puncak tertutup semak dan rerumputan menuruni lembah selanjutnya mendaki menyusuri punggungan gunung. Memasuki area puncak ditandai dengan dua pohon besar yang terletak diantara jalur. Biasanya setiap gunung terdapat pintu masuk umumnya di sebut  pelawangan sebelum mencapai  puncak. Ditandai secara alami seperti pohon atau tanda buatan manusia seperti arca atau candi. Gunung-gunung di Indonesia dahulunya merupakan tempat yang di sakralkan atau dianggap suci oleh orang-orang terdahulu.
Puncak Anjasmoro berada di ketinggian 2.282 Meter diatas permukaan laut ( Mdpl ) tempatnya tidak terlalu terbuka terdapat pohon cemara dan semak belukar. Di puncak hempasan angin cukup kuat di sekitarnya terdapat lembah-lembah dengan hutan yang masih lebat. Dipuncak bisa disaksikan berderet pegunungan yang ada di jawa timur. Sedikit turun ke bawah terdapat lokasi pertapaan yang berupa susunan batu-batu besar dan terdapat lorong kecil. Bekas-bekas hio dan dupa masih tertata rapi di sebuah ruang kecil diantara bebatuan. Tidak boleh terlewatkan jika mendaki gunung adalah mengabadikan moment dengan foto bersama, membentangkan bendera-bendera team dengan latar belakang landscape alam yang luas. 

Perjalanan turun harus kami lalui dengan tantangan yang cukup berat, sewaktu di Pos Bayangan hujan turun dengan lebat. Lebih dari satu jam kami hanya bisa meringkuk di bawah bentangan flysheet. Beruntung peralatan dan tenda-tenda sudah kami kemasi. Jalur menurun ditambah guyuran hujan membuat tanah becek dan licin. Jika tidak berhati-hati dengan mudah terpeleset. Belum lagi tantangan rasa letih dan nyeri lutut karena berjalan turun. Tiga jam perjalanan dengan beberapa kali istirahat  kami kembali ke pos pendakian. Hal yang sangat kami syukuri dalam setiap pendakian adalah bisa sukses mendaki dan turun dengan selamat. 


Jalur menuju ke Pos Pendakian Carangwulung Wonosalam :
1.     Dari semua kota dengan bus atau kereta api menuju Kabupaten Jombang ( stasiun Jombang /Terminal Jombang )
2.       Jombang menuju arah ke Kecamatan Wonosalam ( angkutan umum ) turun Pasar Wonosalam
3.       Pasar Wonosalam – Dusun Segunung Desa Caragwulung    ( rumah Cak Kancil Masjid Jabal Nur ) transportasi menggunakan Ojek. 

Jalur menuju Puncak Anjasmoro :  
1.    Masjid Jabal Nur – Pos I ( Pos Kancil ) perkebunan dan ladang penduduk  estimasi waktu tempuh 60 menit
2.    Pos I ( Pos Kancil ) – Pos II ( pos Salwa ) melewati tanjakan mbok-mbokestimasi  waktu tempuh 90 menit
3.   Pos II ( pos Salwa ) – Pos III ( Pos Bambu ) mata air terakhir sebelum puncak waktu tempun 45 menit
4.   Pos III ( Pos bambu ) – Pos IV ( Puncak Bayangan ) estimasi waktu tempuh 60 menit
5.   Pos IV ( Puncak Bayangan ) – Puncak Anjasmoro estimasi waktu tempuh 45 menit
6.  Total estimasi waktu yang ditempuh 5 jam ( bisa lebih cepat dan bisa lebih lambat tergantung kecepatan berjalan kaki dan stamina )

Catatan : 

Mintalah petunjuk dengan akurat kepada pengelola basecamp terkait jalur karena beberapa Pos tidak ada papan informasi yang jelas. Sempat saya tanyakan kenapa tidak di berikan papan petunjuk di setiap pos seperti halnya di gunung lain yang di setiap pos terpampang petunjuk yang jelas. Dalam pengamatan saya lokasi yang masih terdapat papan petunjuk hanya di Pos Bayangan dan Puncak Anjasmoro. Menurut pengelola basecamp sebenarnya disetiap Pos sudah  di berikan papan petunjuk namun selalu hilang atau dirusak orang tidak bertanggung jawab.

PILIH JALANMU SENDIRI UNTUK MENGGAPAI PUNCAK GUNUNG TELOMOYO

Banyak alternatif sarana untuk melakukan perjalanan. Mungkin kamu mempercayakan pada kedua roda motormu, Kokohnya empat roda mo...