Kami bertiga berangkat dari Kediri saat hari masih pagi. Menggunakan tiga kendaraan bermotor yang melaju beriringan, perjalanan mengarah ke jalur Pegunungan Anjasmoro Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang Jawa Timur. Masing-masing membonceng tas ransel berisi alat dan logistic untuk mendaki gunung. Seperti biasa jika kami telah memutuskan suatu rencana perjalanan maka dengan gigih akan segera di laksanakan. Berbekal sedikit informasi tentang jalur pendakian Gunung Anjasmoro kami mencari satu desa bernama Carang Wulung. Setelah beberapa kali bertanya hingga mendapatkan petunjuk yang tepat tentang lokasi basecamp pendakian Gunung Anjasmoro. Rumah Cak Kancil yang bersebelahan dengan Masjid Jabal Nur di Dusun Segunung Desa Carang Wulung Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang adalah basecamp pendakian Gunung Anjasmoro melalui Jalur Wonosalam. Bisa di sebut basecamp karena mayoritas pendaki biasa menitipkan kendaraan dirumah tersebut atau pemilik rumah bersedia memandu perjalanan mendaki Gunung Anjasmoro. Menuju basecamp tidak mudah karena harus melewati jalur makadam dan aspal yang rusak.
Pendakian Gunung ini kami
ditemani beberapa rekan pendaki dari Jombang. Gunung anjasmoro bukan gunung
yang komersial seperti Gunung-Gunung lain di jawa timur seperti Semeru,
Arjuno dan Welirang. Jalur pendakian
masih sepi, dalam satu bulan mungkin didaki kurang dari 100 orang. Pada saat kami mendaki hanya sekali berpapasan
dengan 3 pendaki lain yang sedang turun sementara menurut informasi dari
basecamp diatas hanya ada satu kelompok lain yang sedang melaju menuju puncak. Padahal
waktu pendakian kami di hari sabtu dan minggu di mana Gunung-gunung lain
pastinya penuh sesak oleh para pendaki. Setelah mengecek perbekalan dan
perlengkapan, tepat jam 11 kami memulai perjalanan. Awal pendakian kami melewati
ladang dan perkebunan penduduk , jalur menanjak
langsung menyambut. Perjalanan mendaki secara normal membutuhkan waktu 5 sampai
6 jam perjalanan sementara untuk turun
membutuhkan waktu 3 jam. Rasa lelah tidak terasa ketika mendaki bersama. Senda
gurau dan candaan di sepanjang perjalanan bisa mengurangi rasa letih. Indahnya
pemandangan alam di sepanjang jalur membuat semangat terus menyala.
Jalur pendakian melalui desa
Carang Wulung terdiri dari empat pos pendakian. Pos pertama dinamakan Pos Kancil,
pos ini berada di sebuah puncak bukit. Area tidak terlalu luas di mana kanan
dan kiri jurang yang dalam. Pemandangan alam di pos pertama ini sangat indah.
Dua sisi yang berbeda, berada tepat di atasnya adalah hutan lebat sementara di
bawahnya lahan pertanian dan perkampungan penduduk yang terlihat jelas
menghampar luas. Di tempat ini bisa didirikan beberapa tenda untuk berkemah
tampak beberapa lokasi bekas perapian. Jalur
menuju pos kedua langsung menanjak tajam, beberapa kali harus menyibak belukar
dan mulai memasuki hutan hujan yang lebat. Pos II ini di namakan Pos Salwa.
Jalur via Carang Wulung memang dipopulerkan oleh komunitas pendaki dari IPPALA
dan Ngompas Jombang melalui beberapa event seperti endakian missal atau acara
penghijauan. Pos kedua berada di tengah hutan di mana jalur berada di
punggungan gunung. Kelebatan hutan menjadi
tempat yang ideal untuk kehidupan satwa liar. Pada saat beristirahat sempat
melihat dua rangkok jawa terbang diatas kami, kepakan sayap dari tubuh besarnya
menghasilkan suara yang cukup keras. Lokasi pos kedua ini tidak direkomendasikan
untuk berkemah karena memang lokasinya tidak memadai untuk mendirikan tenda.
Waktu menunjukkan pukul 5 sore
ketika kami menginjakkan kaki di pos ketiga yang disebut Pos Bambu. Melepas
lelah di bawah rerimbunan pohon bambu sambil menunggu rekan lain yang sedang
mengisi perbekalan air minum. Di dekat lokasi ini terdapat mata air terakhir.
Kebutuhan air harus di isi penuh mengingat menuju ke puncak sudah tidak ada lagi
sumber mata air. Di Pos Bambu ada tempat
yang cukup lapang untuk mendirikan beberapa tenda yaitu di bawah rerimbunan
pohon bambu. Kewaspadaan sangat perlu
ketika mendirikan tenda di bawah rerimbunan bambu karena hewan berbahaya
seperti ular masih sering di jumpai. Mata air terletak di kiri jalur mengarah
ke bawah menuruni punggungan gunung sementara arah ke kanan merupakan jalur utama
menuju puncak bayangan (pos keempat ). Kerapatan hutan, dan kelembapan tanah akibad
curah hujan yang tinggi menjadikan tempat ini nyaman bagi serangga dan hewan
kecil lainnya untuk berkembang dengan baik. Salah satunya hewan kecil yang
cukup menggangu adalah Pacet. Hewan penghisap darah ini cukup banyak
berkeliaran di tanah sehingga jika tidak menggunakan peralatan standart
lapangan yang baik maka dipastikan kaki bentol-bentol akibad hisapan hewan Pacet.
Hari mulai gelap saat kami
melanjutkan perjalanan menuju pos keempat yaitu Puncak Bayangan. Rencananya di pos
empat kami akan mendirikan perkemahan karena esoknya melanjutkan perjalanan mendaki
menuju Puncak Anjasmoro. Perjalanan dari Pos Bambu menuju Pos keempat yaitu Puncak
Bayangan membutuhkan waktu satu jam perjalanan. Lampu senter kami hidupkan, cahaya
yang redup mampu menembus pekat malam. Berpuluh kunang-kunang dan hewan malam
mulai meramaikan suasana mencekam dalam perjalanan menuju Puncak Bayangan. Medan
terus menanjak beberapa rintangan pohon tumbang dan perdu harus kami lalui
untuk mencapai pos Puncak Bayangan. Pos empat merupakan tempat yang ideal untuk
mendirikan tenda. Lokasinya cukup luas dan terlindungi oleh semak dan
rerumputan. Cuaca cerah dan langit bertabur bintang, beberapa gunung di sebelah
timur berderet Gunung Kawi, Arjuno, Kembar,
Welirang saling sambung-menyambung dari kejauhan. Puncak Anjasmoro kelihatan
jelas berada di kiri perkemahan kami.
Inilah kebersamaan dan kekompakan para pendaki
gunung, meski baru kenal dan dipertemukan untuk satu tujuan yang sama namun keakraban
cepat terjalin. Bahu membahu mendirikan lima tenda bisa dilakukan dengan waktu
yang singkat. Kurang dari lima belas menit perkemahan kami telah berdiri di
puncak bayangan. Rasa lelah cepat terobati dengan bercanda gurau. Perjalanan
ini harus kami nikmati dalam keterbatasan sumberdaya. Makan bersama terasa
nikmat meski dengan cara sederhana. Melewati malam dengan duduk melingkar
menghadap api unggun bercerita apa saja tentang perjalanan kami mendaki gunung
atau menceritakan kisah mistis di tempat-tempat yang sunyi. Bara api mampu
mengusir hawa dingin dan serangga yang tidak bersahabat. Malam makin larut
sebagaian kawan masih terjaga sementara yang lainnya terlelap melingkar bebas
didalam tenda.
Pagi menjelang, cahaya mulai
menerobos sela-sela dedaunan. Kami harus segera bergegas melanjutkan
perjalanan. Meski masih terasa letih namun ini adalah kesempatan terbaik untuk
mencapai puncak. Perkemahan sedikit kami rapikan, memasukkan peralatan ke dalam
tenda dan mendaki dengan perbekalan makan secukupnya. Sebelumnya telah kami perhitungkan untuk
memutuskan meninggalkan perkemahan tanpa penjagaan. Jarak pos Puncak Bayangan
dengan puncak Gunung Anjasmoro tidak terlalu jauh. Berjalan tanpa istirahat untuk
sampai ke puncak membutuhkan waktu 30 menit. Jalur menuju puncak tertutup semak
dan rerumputan menuruni lembah selanjutnya mendaki menyusuri punggungan gunung.
Memasuki area puncak ditandai dengan dua pohon besar yang terletak diantara
jalur. Biasanya setiap gunung terdapat pintu masuk umumnya di sebut pelawangan sebelum mencapai puncak. Ditandai secara alami seperti pohon
atau tanda buatan manusia seperti arca atau candi. Gunung-gunung di Indonesia
dahulunya merupakan tempat yang di sakralkan atau dianggap suci oleh
orang-orang terdahulu.
Puncak Anjasmoro berada di
ketinggian 2.282 Meter diatas permukaan laut ( Mdpl ) tempatnya tidak terlalu
terbuka terdapat pohon cemara dan semak belukar. Di puncak hempasan angin cukup
kuat di sekitarnya terdapat lembah-lembah dengan hutan yang masih lebat. Dipuncak
bisa disaksikan berderet pegunungan yang ada di jawa timur. Sedikit turun ke
bawah terdapat lokasi pertapaan yang berupa susunan batu-batu besar dan
terdapat lorong kecil. Bekas-bekas hio dan dupa masih tertata rapi di sebuah
ruang kecil diantara bebatuan. Tidak boleh terlewatkan jika mendaki gunung
adalah mengabadikan moment dengan foto bersama, membentangkan bendera-bendera
team dengan latar belakang landscape alam yang luas.
Perjalanan turun harus kami lalui
dengan tantangan yang cukup berat, sewaktu di Pos Bayangan hujan turun dengan
lebat. Lebih dari satu jam kami hanya bisa meringkuk di bawah bentangan
flysheet. Beruntung peralatan dan tenda-tenda sudah kami kemasi. Jalur menurun
ditambah guyuran hujan membuat tanah becek dan licin. Jika tidak berhati-hati
dengan mudah terpeleset. Belum lagi tantangan rasa letih dan nyeri lutut karena
berjalan turun. Tiga jam perjalanan dengan beberapa kali istirahat kami kembali ke pos pendakian. Hal yang
sangat kami syukuri dalam setiap pendakian adalah bisa sukses mendaki dan turun
dengan selamat.
Jalur menuju ke Pos Pendakian Carangwulung Wonosalam :
1. Dari semua kota dengan bus atau kereta api
menuju Kabupaten Jombang ( stasiun Jombang /Terminal Jombang )
2.
Jombang menuju arah ke Kecamatan Wonosalam (
angkutan umum ) turun Pasar Wonosalam
3.
Pasar Wonosalam – Dusun Segunung Desa
Caragwulung ( rumah
Cak Kancil Masjid Jabal Nur ) transportasi menggunakan Ojek.
Jalur menuju Puncak Anjasmoro :
1. Masjid Jabal Nur – Pos I ( Pos Kancil )
perkebunan dan ladang penduduk estimasi
waktu tempuh 60 menit
2. Pos I ( Pos Kancil ) – Pos II ( pos Salwa )
melewati tanjakan mbok-mbokestimasi
waktu tempuh 90 menit
3. Pos II ( pos Salwa ) – Pos III ( Pos Bambu )
mata air terakhir sebelum puncak waktu tempun 45 menit
4. Pos III ( Pos bambu ) – Pos IV ( Puncak Bayangan
) estimasi waktu tempuh 60 menit
5. Pos IV ( Puncak Bayangan ) – Puncak Anjasmoro
estimasi waktu tempuh 45 menit
6. Total estimasi waktu yang ditempuh 5 jam ( bisa
lebih cepat dan bisa lebih lambat tergantung kecepatan berjalan kaki dan
stamina )
Catatan :
Mintalah petunjuk dengan akurat
kepada pengelola basecamp terkait jalur karena beberapa Pos tidak ada papan
informasi yang jelas. Sempat saya tanyakan kenapa tidak di berikan papan
petunjuk di setiap pos seperti halnya di gunung lain yang di setiap pos
terpampang petunjuk yang jelas. Dalam pengamatan saya lokasi yang masih
terdapat papan petunjuk hanya di Pos Bayangan dan Puncak Anjasmoro. Menurut
pengelola basecamp sebenarnya disetiap Pos sudah di berikan papan petunjuk namun selalu hilang
atau dirusak orang tidak bertanggung jawab.