Hari masih pagi ketika kami menjejakkan kaki di Kota Salatiga. Perjalanan kereta api semalam lumayan nyaman. Kami bisa tidur nyenyak di sepertiga malam. Ibarat sambil menyelam minum air. Mengikuti agenda event Penghijauan di Gunung Andong sekaligus merealisasikan sebagian misi kami untuk mendaki atap-atap Jawa Tengah. Menyelesaiakan 2 pendakian sekaligus dalam waktu dua hari. Dua gunung yang saling berseberangan Gunung Andong dan Gunung Telomoyo. Micro bus berjalan pelan menuju arah tujuan kami, Pasar Ngablak. Kenek bus begitu teliti memeriksa setiap gang, Mungkin saja ada penumpang yang masih berjalan di antara gang tersebut. Tumpukan keranjang sayuran memenuhi kursi di deretan belakang. Hasil pertanian yang akan di jual di pasar. Menempuh perjalanan kurang dari satu jam dan setelah melewati Obyek Wisata Kopeng Salatiga sampai juga kami di Pasar Ngablak. Mungkin hari itu hari pasaran sehingga suasana pasar sangat ramai. Deretan mobil bak terbuka yang memuat dagangan dan para pembeli tumpah ruah ke jalan raya yang menghubungkan Kabupaten Salatiga ke Kabupaten Magelang. Kemacetan tak terhindarkan di ruas jalan tersebut.
Spanduk besar bertuliskan selamat datang di event
penghijauan Gunung Andong mengarahkan tujuan kami ke Dusun Sawit Desa Girirejo
Kecamatan Ngablak Magelang, Berjalan kaki di sepertiga perjalanan tiba-tiba
kami di hentikan oleh satu mobil bak terbuka. Melihat kami memanggul ransel dan
memastikan kami sebagai peserta event penghijauan mereka menawarkan tumpangan.
Kendaraan tersebut mengarah pada tujuan yang sama karena mengangkut kebutuhan
logistik panitia. Meneruskan lagi perjalanan kurang lebih 2 kilometer
menanjak dengan menumpang mobil bak terbuka sampailah kami di Basecamp Sawit.
Basecamp Sawit di kelola oleh pemuda karang Taruna Jayagiri. Basecamp ini
paling ramai diatara basecamp Gunung Andong lainnya karena hampir setiap malam
di kunjungi ratusan pendaki. Saat kami tiba persiapan acara sedang di mulai.
Masyarakat desa bekerjasama menyiapkan sarana, memasang tenda, menyiapkan lahan
parkir, menyediakan tempat menginap bagi para peserta. Para pendaki dari
berbagai daerah juga mulai berdatangan. Tidak hanya pendaki lokal dari Salatiga
dan Magelang tetapi banyak diantaranya dari luar kota seperti Bandung, Surabaya
dan Jakarta dan tentu di tambah kami berdua dari Kediri. Harmoni alam dan
keramahan masyarakat Dusun Sawit benar-benar mampu memikat penikmat gunung.
Memadukan suasana alam dan budaya dalam event-event alam bebas dan sosial yang
menarik. Berbagai kegiatan diadakan mulai dari Penghijauan, Pendakian massal,
Aksi donor darah dll untuk mengenalkan Gunung Andong Kepada petualang dari
berbagai daerah.
Setelah mendaftarkan diri di Pos Pendakian Andong kami
mulai melakukan pendakian. Kami memilih diantara beberapa macam tanaman yang di sediakan panitia yaitu dua bibit Pohon Beringin. Rencananya akan kami tanam di sekitar makam yang ada di salah satu Puncak Gunung Andong. Menurut penuturan warga masyarakat lereng Gunung Andong, konon makam tersebut adalah makam penyebar agama islam dengan nama Kyai Abdul Fakih ( Ki Joko Pekik ). Banyak pejiarah yang datang mendaki ke puncak makam pada hari-hari tertentu apalagi pada saat mau ujian sekolah. Peziarah muda semakin banyak mendaki Gunung Andong, entah untuk tujuan apa. Gunung Andong memiliki empat puncak yaitu Puncak Makam, Puncak Jiwa, Puncak Andong dan Puncak Alap-Alap. Puncak tertinggi adalah Puncak Andong dengan ketinggian 1.726 Mdpl. Untuk Mencapai Puncak membutuhkan waktu perjalanan 2 jam dengan kecepatan sedang. Kontur medan memaksa kami menguras tenaga ekstra karena jalur trek lumayan berat. Ada 2 pos pendakian menuju puncak. Pos pertama adalah Gili Cino ( watu Pocong ) terletak di tanjakan dengan hutan pinus di sekitarnya, Pos 2 ( Watu Gambir ) terletak di batas vegetasi pinus dengan semak. di dekat pos 2 ini ada sumber mata air yang bisa di gunakan untuk mengisi logistik minum pendaki. Pada batas vegetasi ini masih nampak sisa-sisa kebakaran hutan Gunung Andong beberapa waktu lalu. Selanjutnya trek menuju puncak melewati punggungan gunung. Melewati jalur ini harus waspada dalam menempuhnya, jika musim penghujan jalan cukup licin dan jika musim kemarau berdebu. Banyaknya pendaki membuat jalur lintasan semakin lebar dan dalam. Dahulu menurut warga sekitar di atas puncak jalurnya hanya setengah meter dan kanan kirinya adalah jurang yang dalam dan mendakinya harus merangkak tetapi kini di atas puncak jalur trek semakin lebar kira-kira lebih dari dua meter.
mulai melakukan pendakian. Kami memilih diantara beberapa macam tanaman yang di sediakan panitia yaitu dua bibit Pohon Beringin. Rencananya akan kami tanam di sekitar makam yang ada di salah satu Puncak Gunung Andong. Menurut penuturan warga masyarakat lereng Gunung Andong, konon makam tersebut adalah makam penyebar agama islam dengan nama Kyai Abdul Fakih ( Ki Joko Pekik ). Banyak pejiarah yang datang mendaki ke puncak makam pada hari-hari tertentu apalagi pada saat mau ujian sekolah. Peziarah muda semakin banyak mendaki Gunung Andong, entah untuk tujuan apa. Gunung Andong memiliki empat puncak yaitu Puncak Makam, Puncak Jiwa, Puncak Andong dan Puncak Alap-Alap. Puncak tertinggi adalah Puncak Andong dengan ketinggian 1.726 Mdpl. Untuk Mencapai Puncak membutuhkan waktu perjalanan 2 jam dengan kecepatan sedang. Kontur medan memaksa kami menguras tenaga ekstra karena jalur trek lumayan berat. Ada 2 pos pendakian menuju puncak. Pos pertama adalah Gili Cino ( watu Pocong ) terletak di tanjakan dengan hutan pinus di sekitarnya, Pos 2 ( Watu Gambir ) terletak di batas vegetasi pinus dengan semak. di dekat pos 2 ini ada sumber mata air yang bisa di gunakan untuk mengisi logistik minum pendaki. Pada batas vegetasi ini masih nampak sisa-sisa kebakaran hutan Gunung Andong beberapa waktu lalu. Selanjutnya trek menuju puncak melewati punggungan gunung. Melewati jalur ini harus waspada dalam menempuhnya, jika musim penghujan jalan cukup licin dan jika musim kemarau berdebu. Banyaknya pendaki membuat jalur lintasan semakin lebar dan dalam. Dahulu menurut warga sekitar di atas puncak jalurnya hanya setengah meter dan kanan kirinya adalah jurang yang dalam dan mendakinya harus merangkak tetapi kini di atas puncak jalur trek semakin lebar kira-kira lebih dari dua meter.
Sampai di atas puncak tepat jam 12 siang, angin
bertiup kencang dan kabut menyelimuti. beberapa tenda tampak
berdiri di sekitar Puncak Makam sepertinya dari serombongan pelajar pramuka
yang mengikuti event penghijauan. Kami memilih lokasi penanaman di sekitar
makam. Tampaknya bangunan pelindung makam sedang dalam tahap pemugaran,
bahan-bahan bangunan berserakan di sekitar makam. Puncak Andong berjarak tak
lebih 200 meter dari Puncak Makam ini. Sekitar satu jam di atas puncak kabut
mulai tersingkap, " Punuk Unta" sudah tidak samar lagi, terlukis
jelas di mata, meliuk memberi view puncak yang indah. Selain " Punuk
Unta " Puncak Andong memberikan panorama alam yang indah lainnya.
Gunung ini di kelilingi gunung-gunung tinggi di sekitarnya. Disisi timur
terlihat jelas Gunung Merbabu di ikuti Puncak Merapi di sebelahnya. Di arah
barat berjejer Gunung Sumbing dan Sundoro yang berdiri megah dan menjulang ke
angkasa. Jauh di utara nampak Gunung Ungaran panjang membentang, di ikuti
Gunung yang sejajar, Telomoyo dengan puncak towernya. Hempasan angin cukup
dashyat di puncak ini. Enam jam kami bertahan sebelum akhirnya turun setelah
mengabadikan moment sunset. Meski musim penghujan pada hari ini kami di
anugerahi terang dan kabut yang tersingkap di penghujung senja. Sejak kami
datang di puncak satu persatu tenda pendaki berdiri hingga tenda memenuhi
seluruh dataran Puncak. Jika di hitung ada ratusan pendaki yang memenuhi puncak
sampai sore itu. Ada gula di situ ada Semut, banyaknya pendaki merupakan
berkah dan peluang bagi para pedagang, beberapa warung makan dan tempat beristirahat
berdiri diatas puncak. Meski sekedar Mie rebus dan minuman hangat,
warung-warung tersebut penuh sesak di penuhi pengunjung. Selain kerlip bintang
dan cahaya rembulan suasana puncak di malam hari juga lebih benderang di
terangi oleh beberapa lampu genset milik pedagang.
Selepas Magrib, kami bergegas turun. Perjalanan menembus
pekat malam di pandu lampu senter kecil. Di sepanjang jalur turun tidak
henti-hentinya kami berpapasan dengan mereka yang mendaki. Beberapa jalur
terhambat dan harus antri antara mereka yang sedang mendaki dengan mereka yang
turun. Saya bayangkan betapa penuh sesaknya puncak malam ini. Mereka yang harus
rela tidur melawan dingin berdesakan tanpa tenda. Untuk mendirikan tenda saja
saya kira sudah tidak ada ruang lagi, melihat kondisi sore harinya kondisi
puncak penuh sesak dengan tenda. Kami tempuh perjalanan turun sekitar 45 Menit.
Kami beristirahat di batas vegetasi pinus dengan lahan pertanian. Di sepanjang
jalur terlihat kerlap-kerlip lampu senter. Beberapa warga tampak berjaga di
beberapa titik rawan, malam itu lebih dari seribu orang mendaki Gunung Andong,
Itu hanya dari satu jalur saja Di Dusun Sawit Girirejo, belum lagi mereka yang
mendaki lewat jalur lain.
Malam semakin larut, kemeriahan
acara dangdutan yang diadakan panitia juga belum surut. Kami bermalam di
halaman masjid desa. Suasana keramaian lalu-lalang pendaki tidak surut, bersama
puluhan pendaki lainnya kami menggunakan halaman mesjid yang sedang di
renovasi untuk melepas lelah. Dingin pegunungan membuat kami melingkarkan
badan, Tanpa Slepping Bag, baju dan jaket yang kami kenakan masih kuat
untuk menahan. Minimal kami bisa beristirahat lebih dari empat jam malam
itu. Esok masih ada satu etape pendakian lagi yang harus kami tempuh.
Jalur Transportasi :
Dari luar Propinsi jawa tengah perjalanan Kereta api ( turun stasiun semarang atau stasiun Solo ) / Bus turun terminal Semarang atau Solo dilanjutkan perjalanan bus antar kota jurusan Semarang - Solo atau sebaliknya turun pertigaan Pasar Sapi Salatiga, Naik angkutan mikrobus arah magelang turun Pasar Ngablak, jalan kaki/ Ojek ke arah dusun Sawit Desa Girirejo kurang lebih perjalanan 2 Kilometer menuju Pos pendakian Taruna Jayagiri
Jalur Pendakian :
Basecamp Taruna Jayagiri - Pintu masuk Jalur Pendakian Andong ( batas lahan pertanian dan Vegetasi Hutan - Pos I ( Watu Pocong ) - Pos II ( Watu Gambir ) - Pertigaan Ke kiri Puncak Makam Ke kanan Puncak Andong - Waktu tempuh pendakian maksimal 3 Jam menuju puncak Gunung Andong
Tidak ada komentar:
Posting Komentar