WARUNG MBOK YEM
Berada disisi jalan setapak diantara pepohonan Cantigi, warung ini
cukup mencolok dan tentu sudah terkenal. Sajianpun cukup sederhana, mie
rebus, nasi bungkus, lauk tempe, dan beraneka minuman hangat. Hampir
semua pengunjung menikmati sajian warung dengan lahap. Tempat yang
nyaman dan luas. Apalagi bisa singgah di waktu senja, pemandangan alam
menakjubkan luar biasa. Lebih dari sekedar sejuk jika kita merasakan
anginnya, begitu dingin menusuk tulang. Mungkin itu jawaban kenapa
orang-orang yang singgah seperti menahan lapar. Ataukah karena lelah
menguras energi minimal lima jam berjalan kaki mendaki. Itulah warung
Mbok Yem. Warung di puncak Gunung Lawu, berada pada ketinggian diatas
3.000 meter di atas permukaan laut dan mungkin satu satunya warung
tertinggi di Pulau Jawa.
Ada gula disitu pula ada Semut. Aktivitas manusia telah membuka
lapangan kerja. Meski harus mengusung beban logistik, menempuh
perjalanan mendaki yang berat dan melelahkan tetap di jalani. Ratusan
pendaki setiap minggu beriringan menuju puncak lawu dengan beragam
tujuan. Mbok Yem dan segelintir pedagang lainnya menangkap peluang.
Kebutuhan dan keinginan yang beragam dari para pendaki gunung. Memenuhi
kebutuhan pokok saja "urusan perut " telah mengalirkan rezeki materi
yang tidak sedikit ke kantong saku Mbok Yem. Belum lagi rezeki immateri
berupa hangat persahabatan dan persaudaraan para pendaki gunung yang
pernah menginjakkan kaki di Puncak Argodumillah.
Bisnis yang di lakukan Mbok Yem telah menolong banyak pendaki gunung.
Mengurangi beban bawaan logistik , kopi dan teh hangat mampu
menetralisir hawa dingin. Bahkan sebagian pendaki mulai berani tidak
membawa logistik dengan berharap makanan dari warung Mbok Yem. - (
Jangan meniru tindakan ini karena beresiko tinggi. ) - Menjalankan
bisnis ala Mbok Yem tidak mudah. Penuh resiko dan tantangan. Bisnis yang
tidak mampu dipercepat dengan kekuatan alat. transportasi yang
mengandalkan kekuatan punggung dan kaki, bahan bakar yang tergantung
kayu dan angin. Di ketinggian yang membeku dan udara tipis, sangat
sayang jika harus menyisakan makanan terbuang di tempat ini.
Bisnis yang di jalankan Mbok Yem di puncak lawu tidak menjadikan tempat dan lokasi sebagai penghalang. Dimana sebagian orang mencari tempat-tempat strategis dan marketable untuk lokasi bisnisnya. Mbok Yem punya pandangan berbeda, cara pandang yang sederhana. Di manapun ada aktivitas manusia di situ pula ada kebutuhan yang harus di penuhi. Pendaki gunung butuh makanan, simpel, cepat, siap saji dan hangat. Mbok Yem dengan keterbatasannya mampu sedikit memberi solusi. Banyak cerita di warung mbok Yem. Kisah cinta ataupun duka kematian
akibad hipotermia. Silih berganti seiring jejak ribuan pendaki yang
pernah singgah di warungnya. Menikmati sensasi ngopi yang berbeda di
ketinggian 3000 MDPL. Siapa mau?...ayo mendaki gunung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar