Rabu, 19 Agustus 2020

BURUNG HANTU (MANUK DARES - SERAK JAWA) SANG PREDATOR MALAM DIPERBUKITAN WALIKUKUN

 

Catatan Ke Tujuh: Ekspedisi Perbukitan Walikukun 2020 Sabawana Mahacita Indonesia

Dalam perjalanan menelusuri gua gua baik alami maupun buatan di Desa Gamping Campurdarat Tulungagung. Tepat di bawah tebing tebing kapur yang berongga dengan ketinggian tebing 30-50 meter  Kami menemukan beberapa helai bulu sayap Burung Hantu ( manuk dares atau serak jawa). Sepertinya bulu bulu tersebut terlepas dari ketinggian yang mungkin saja  di lubang atau rongga rongga tebing terdapat hunian burung tersebut. Persinggungan kami dengan Manuk Dares ini cukup intens ketika mendaki perbukitan kapur di sisi Selatan kota Tulungagung. Seperti halnya perjumpaan kami dengan seekor Manuk Dares di salah satu gua kapur ketika mendaki Gunung Cemenung. Perjumpaan kami di Puncak Gunung Budeg saat malam hari Burung Dares melintas diatas tenda tenda pendaki.

Masuk ke gua-gua kapur di dalam beberapa bagian relung gua terserak bekas  tulang belulang atau beberapa bangkai tikus kemungkinan besar merupakan mangsa sang predator malam ini. Sebagaimana burung predator yang setiap hari harus berburu mangsa, lokasi tebing yang letaknya langsung berhadapan dengan area terbuka sangat strategis sebagai tempat pengintaian. Dari ketinggian tersebut dimana bawahnya merupakan hutan jati kemudian   300 meter ke bawah merupakan perkampungan penduduk dan setelahnya diradius 500 meter adalah bentang luas area persawahan. Kami membayangkan betapa efektifnya perburuan Manuk Dares ini, setiap malam dengan kepak sayap yang sempurna nyaris tak terdengar terbang menghunjam dari angkasa menuju mangsa yang ada di bawahnya menyergap dengan cakarnya yang tajam puluhan mangsa langsung binasa.  Setiap malam dalam senyap membantu petani membantai musuh utamanya hama Tikus.

Suara manuk Dares ini cukup untuk membuat bulu kuduk berdiri jika melakukan pendakian di malam hari. Banyak mitos mengenai burung ini namun nyatanya burung ini menjadi sahabat petani karena kemampuannya mengeksekusi Hama tikus sangat teruji.. Tiap burung dewasa dapat memangsa 2—5 tikus per hari atau sekitar 1.300 tikus per tahun. Serak jawa mulai dapat berburu tikus pada umur 5 bulan. Diperkirakan, sepasang serak jawa dapat melindungi hingga 10 hektar sawah. (mongabay-situs berita lingkungan - serak jawa sang pemburu handal sahabat petani - Ridzki R. Sigit di 10 October 2014)
Mari kita secara bersama sama melindungi sang predator senyap ini dengan tidak menembak dan memburunya biarkan mereka menghuni relung tebing tebing di Perbukitan Walikukun.

Mengutip dari Wikipedia tentang Burung Hantu (Manuk Dares atau Serak Jawa)

Serak jawa ( Tyto alba ) merupakan spesies burung berukuran besar (34 cm), mudah dikenali sebagai burung hantu putih. Wajah berbentuk jantung, warna putih dengan tepi coklat. Mata menghadap ke depan, merupakan ciri yang mudah dikenali. Bulu lembut, berwarna tersamar, bagian atas berwarna kelabu terang dengan sejumlah garis gelap dan bercak pucat tersebar pada bulu. Ada tanda mengkilat pada sayap dan punggung. Bagian bawah berwarna putih dengan sedikit bercak hitam, atau tidak ada. Bulu pada kaki jarang-jarang. Kepala besar, kekar dan membulat. Iris mata berwarna hitam. Paruh tajam, menghadap ke bawah, warna keputihan. Kaki warna putih kekuningan sampai kecoklatan. Jantan-betina hampir sama dalam ukuran dan warna meski betina sering kali lebih besar 25%. Betina dan hewan muda umumnya punya bercak lebih rapat.

Kemampuan terbang Serak Jawa. Strategi perburuan dari Tyto alba sangat berbeda dengan jenis-jenis burung predator yang lain. Burung-burung predator lain, mengandalkan kecepatan dan kejutan untuk mendatangi dan menangkap mangsa. Dalam perburuan mangsa, Tyto alba sangat bergantung pada cara terbangnya yang tanpa suara dan pada pendengarannya yang sangat tajam. Suara yang timbul akibat pergerakan sayap, diredam oleh semacam lapisan yang tampak seperti beludru pada permukaan bulu-bulu sayapnya. Selain itu, tepi sayap Tyto alba memiliki jumbai-jumbai yang sangat halus yang juga berfungsi untuk meredam bunyi kepakan sayap. Cara terbang yang tanpa suara ini menyebabkan mangsa tidak mampu mendengar pergerakan Tyto alba dan juga membantu pendengaran Tyto alba sendiri.

Habitat Serak jawa (Tyto Alba) yang umum didapati di wilayah berpohon, sampai dengan ketinggian 1.600 m dpl. Di tepi hutan, perkebunan, pekarangan, hingga taman-taman di kota besar. Sering bertengger rendah di tajuk pohon atau perdu, berbunyi-bunyi dengan memilukan, atau bersahutan dengan pasangannya. Sewaktu-waktu terjun menyambar mangsanya di permukaan tanah atau vegetasi yang lebih rendah. Sering pula berburu bersama dengan anak-anaknya. Aktif pada malam hari. Namun, terkadang aktif pada senja hari dan dini hari, bahkan sesekali bisa dijumpai sedang terbang pada siang hari. Pada siang hari, Tyto alba biasanya berdiam diri pada lubang-lubang pohon, gua, sumur, bangunan-bangunan tua atau pada tajuk pepohonan yang berdaun lebat. Beberapa jenis, khususnya Tyto, mampu menempati tempat buatan manusia yang mirip dengan lubang pohon. Sarang Gagak dan burung pemangsa lain yang sudah ditinggalkan, juga merupakan tempat pilihan. Hanya sedikit atau tidak ada usaha sama sekali untuk memperbagus konstruksi pembuat sarang sebelumnya. Celah batuan juga digunakan oleh beberapa jenis burung.

Basecamp Kura- Kura - Sabawana Mahacita Indonesia 18 Agustus 2020. 02.15 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PILIH JALANMU SENDIRI UNTUK MENGGAPAI PUNCAK GUNUNG TELOMOYO

Banyak alternatif sarana untuk melakukan perjalanan. Mungkin kamu mempercayakan pada kedua roda motormu, Kokohnya empat roda mo...