Selasa, 01 September 2015

PARA PEMBURU SUNRISE DI PUNCAK GUNUNG UNGARAN




Tepat awal agustus 2015 jam 13.00 WIB Kereta api mulai meluncur, mengarah ke utara dari stasiun Kdiri. Jika ada yang membaca dua tiket yang tergeletak di sisi tempat duduk kami pasti orang itu dapat menebak kemana arah perjalanan kami, apalagi bicara tentang tujuan perjalanan, pasti siapa saja dengan mudah menebak jika melihat dua ransel yang terselip dibagasi atas tempat duduk ini dan border emblem beberapa gunung yang menempel di baju kami. Mas-mas ini tentu mau mendaki gunung. Enam jam perjalanan nyaman dalam kereta dan sesuai dengan waktu tempuh yang tertera pada tiket, tepat kami tiba di tujuan, stasiun Tawang Semarang. 

Sebuah gunung di barat daya Kabupaten Semarang, Gunung Ungaran dengan ketinggian 2050 Meter diatas permukaan laut ( Mdpl ) menjadi tujuan kami. Ini adalah sebuah awal dari serangkaian target kami untuk mendaki sepuluh gunung di jawa tengah. Sebuah proyek kecil-kecilan bertajuk “menuju atap-atap jawa tengah 2015-2016 “. Malam mulai larut, tapi semangat belum surut. Tepatnya di Kecamatan Bandungan kami mulai menginjakan kaki di ketinggian lereng Gunung Ungaran. Sampai di tempat ini merupakan perjuangan berat bagi kami dalam melakukan perjalanan di malam hari. Dari Stasiun Tawang Semarang naik angkutan kota menuju terminal Terboyo Semarang kemudian perjalanan kami lanjutkan dengan menumpang bus menuju Ambarawa. Menuju kecamatan Bandungan kami tempuh dengan menumpang truck, malam hari tidak ada angkutan umum menuju Kecamatan Bandungan. Untung saja ada truck yang akan mengambil pasir memberi tumpangan pada kami. Truck berhenti di pasar Jimbaran, selanjutnya perjalanan kami teruskan dengan berjalan kaki menuju Candi Gedongsongo, sesuai rencana start pendakian kami mulai dari Candi Gedongsongo dan finish di Pos Mawar Sidomukti. Jarum jam menunjukkan pukul 00. 15 WIB, rasa lelah dan kantuk sudah tidak dapat ditahan lagi ketika kami tiba di pertigaan jalur menuju Candi Gedongsongo, di samping POM bensin ada sedikit tempat yang nyaman untuk bermalam. Kami dirikan tenda di sepetak kecil taman dengan sebelumnya meminta izin pada petugas POM bensin.


Pagi tiba dengan cepat di hari Minggu tanggal 2 Agustus 2015, seakan hanya beberapa menit saja tertidur atau mungkin lelap kami begitu kuat sehingga waktu terpangkas tak terasa. Kami berkemas  untuk selanjutnya trekking menuju Candi Gedongsongo. Sebelumnya kami mempersiapkan diri dengan sarapan pagi dan tentunya mandi dan gosok gigi.  Kami mulai menapaki ketinggian Candi Gedongsongo, waktu menunjukkan pukul 09.15 WIB. Estimasi pendakian kali ini dengan perjalanan mendaki santai target waktu yang kami tetapkan sekitar 6 jam atau sebelum matahari terbenam kami sudah mendirikan tenda di puncak Gunung Ungaran.  Dingin udara pegunungan mampu mengalahkan terik matahari, kesejukan di seputar Candi gedongsongo mencerminkan rangking di urutan pertama tempat di Asia tenggara dengan bioenergi terbaik. Kesempatan yang tidak boleh di lewatkan untuk menghirup udara bersih sepuas-puasnya. 

Selepas batas wisata Candi Gedongsongo dengan belantara Gunung ungaran Kami mulai menerobos semak-semak. Jalur menanjak curam pada kemiringan 60 derajat. Hampir satu setengah jam kami menempuh perjalanan diantara vegetasi semak dan pepohonan perdu, matahari tepat diatas kepala. Jalur melingkar-lingkar di punggungan perbukitan, sampai di sini Puncak Gunung Ungaran belum terlihat. Kami beristirahat di tempat yang lapang, cukup lama di batas vegetasi semak dengan vegetasi hutan hujan yang rapat. Makan dan minum berkalori tinggi mampu memulihkan tenaga dari rasa lelah berjalan dan beban memanggul ransel. 

Kami meneruskan perjalanan setelah hampir 30 menit beristirahat, kelebatan hutan hujan di lereng atas Gunung Ungaran mengingatkan kami pada Alas lumut Wukir Negoro Gunung Butak Kawi yang ada di Kabupaten malang. Sunyinya mampu menundukkan hati dari rasa berani menjadi rasa takut. Kami berdoa agar tempat-tempat seperti ini tetap lestari, menjadi pabrik -pabrik udara paling bersih di muka bumi ini. Kami terus berjalan, Puncak Botak salah satu dari tiga puncak Gunung Ungaran mulai terlihat. Tampak samar ada beberapa manusia tengah berdiri diatasnya. Jalur pendakian dari Wisata Candi Gedongsongo tidak ada pos pendakian seperti halnya jalur melalui Pos Mawar Sidomukti. Hanya ada petunjuk arah yang di pasang para pendaki berupa papan besi yang di tempelkan pada pepohonan, jalurpun masih samar tertutup kerapatan semak belukar. Kami bertemu dengan beberapa pendaki gunung yang baru turun dari Puncak Gunung Ungaran sementara untuk pendaki yang naik lewat jalur candi Gedongsongo tidak ada yang di temui selain kami berdua. Memang berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari beberapa orang petugas tempat wisata Candi Gedongsongo mayoritas jalur Gedongsongo hanya di gunakan sebagai jalur turun sementara untuk naik lebih banyak melalui jalur Pos Mawar Sidomukti atau melalui Desa Promasan. Hal ini cukup cerdik karena turun melalui candi Gedongsongo kita bisa masuk tempat wisata gratis. lumayan bisa menghemat 7.500 per orang untuk tiket masuk wisata candi Gedongsongo.


Kami sampai pada pertigaan jalur, kekiri mengarah ke puncak Gunung Ungaran sementara ke kanan mengarah ke puncak Botak. Di pertigaan jalur tersebut terdapat tempat lapang yang bisa di gunakan sebagai tempat camp. Nampak beberapa tenda berdiri, sepertinya dari organisasi pecinta alam yang sedang mengadakan diklat lapangan. Kami memilih jalur kekiri seperti petunjuk dari pendaki yang turun,  sebentar lagi kami akan mencapai puncak Gunung Ungaran. Kumandang azan ashar sayup-sayup terdengar. Lepas dari trek yang menanjak dan menyusuri kelebatan hutan kami tiba di puncak Gunung Ungaran. Tugu triangulasi nampak berdiri kokoh, tugu yang di buat oleh satu kesatuan militer dengan identitas simbol ketentaraan. Keril yang menjadi beban kami lepaskan, kepuasan akan kemenangan menggapai Puncak Ungaran mampu menghapus rasa letih. Hanya kami berdua yang berada di puncak Ungaran saat itu. Kibaran bendera merah putih yang membubung tinggi di angkasa mengawali pencapaian kami di langkah awal pendakian atap-atap Jawa Tengah. 

Waktu terus bergerak cepat mengantar kami di penghujung senja, sebentar lagi malam menjemput. Tenda sudah berdiri di antara semak-semak yang cukup tinggi. Kami rasa sudah aman untuk melindungi dari hantaman angin. Meski dingin kemarau begitu menggigit tetapi jaket dan sleping bag r*i milikku mampu menghalau. Sepi dan hanya ada suara kami berdua malam ini. Mengingat sebelum tangan menjadi kaku di genggam dingin kami segera memasak makanan sederhana, siap saji, simple dan penuh kalori. Logistik masih tersisa dua pertiga dari apa yang telah kami bawa. Menurut  estimasi kami, perbekalan ini cukup untuk memenuhi kebutuhan makan untuk dua hari kedepan. Sesuai rencana, besok setelah tenda mengering dari basah embun kami akan segera turun. Sayang surplus perbekalan makanan tidak di imbangi dengan perbekalan air yang cukup. Air hanya tersisa kurang dari satu liter. Kami sudah siapkan rentangan flysheet untuk menjebak embun dan berharap di pagi hari kami mendapatkan ada tambahan logistic berupa air minimal setengah liter. 

Diawal pagi hari Senin tanggal 3 Agustus 2015. Cahaya diufuk timur masih sebentuk garis jingga membelah cakrawala. Sementara didalam tenda salah satu sahabat  masih melingkar malas terbungkus slepping bag. Saya membangunkan dia, agar moment ini tidak terlewatkan bagi kami, para pemburu sunrise. Saya mengintip dari balik tenda kabut tipis masih menyelimuti puncak, menengadah kelangit dan cuaca cerah mendukung untuk menyaksikan sunrise. Kami segera bergegas menuju hamparan batu di puncak tertinggi mencari posisi untuk melihat luasnya dunia. Barisan gunung-gunung di Jawa Tengah seakan melayang diatas awan. Dari sisi timur ada Gunung Lawu, bergeser keselatan puncak Merbabu dan tampak sedikit di baliknya puncak Merapi menuju ke arah barat ada triple s ( Sumbing, Sindoro dan Slamet ). Cahaya jingga itu adalah yang terbaik dari sekian banyak sunrise yang pernah kami lihat di puncak gunung, anugerah bagi kami para pendaki yang menyaksikan bergantinya gelap menuju terang saat cahaya jingga berpendar bundar selanjutnya menjadi terang menyilaukan. Puncak Gunung Ungaran, memberi hadiah tidak terduga untuk kami para pemburu sunrise.

Selepas makan pagi dan minum air embun, badan mulai bugar terlebih hampir semalaman kami habiskan waktu untuk tidur. Sedikit bermalas-malasan sambil menunggu tenda kering kami manfaatkan untuk mengabadikan lanskape Puncak Ungaran. Tepat pukul 10.00 WIB kami bergegas turun menuju Pos Mawar Sidomukti, jalur ini ternyata cukup ekstrem, bertolak belakang dengan rute pendakian kami dari Candi Gedongsongo. Mendaki masih di naungi dengan kesejukan udara sementara turunnya penuh peluh tersengat terik, apalagi perbekalan minum kami tinggal seperempat liter. Jalur terjal dan curam membentang di hadapan kami sementara di kejauhan membentang luas hamparan perkebunan teh Medini. Kami terus berjalan turun secepatnya mencari sumber mata air. Pos tiga berupa gubuk kecil  dipunggungan gunung telah terlampaui selanjutnya sampai pada pertigaan jalur dengan petunjuk yang mengarah ke desa Promasan dan petunjuk yang mengarah ke Pos Mawar, kami terus berjalan melewati pos dua hingga sampai di kolam air yang jernih. Kami sempatkan untuk beristirahat di sini, minum air sepuasnya dan mandi. Tubuh kembali bugar, kami lanjutkan perjalanan turun, tak begitu lama kami sampai di pos satu. Sebelumnya melewati air terjun kecil. Pukul 13.15 WIB kami tiba di Pos Mawar Sidomukti. Kami beristirahat dulu di shelter Pos Mawar sebelum berangkat pulang menuju Kota Semarang.  Waktu kami cukup lama karena kereta api menuju Kediri masih pukul 23.40 WIB.


Rute Perjalanan dan waktu tempuh pendakian  :
Stasiun Tawang Semarang – Bus menuju Ambarawa / solo turun di pom bensin menuju ke gedongsongo selanjutnya naik angkutan menuju Kecamatan Bandungan – Turun di Pasar Jimbaran – Naik Ojek atau trekking menuju Candi Gedongsongo ( jalur Gedongsongo ) atau menuju desa Sidomukti ( jalur Pos Mawar Sidomukti ). Perjalanan malam hari dari Stasiun Tawang naik angkutan ke Terminal Terboyo selanjutnya perjalanan dengan Bus Semarang-Solo, Turun Pom Bensin Arah menuju Kecamatan Bandungan. Dari Pom Bensin tidak ada angkutan umum, perjalanan bisa di lanjutkan dengan ojek atau mencari tumpangan truk sayur arah jimbaran Bandungan, jarak sekitar 18 Kilometer. Untuk biaya Dari stasiun tawang sampai dengan Pasar jimbaran ( angkutan bus kota dan angkot ) biaya +/- 25.000 / orang. Malam hari biaya perjalanan lebih mahal.
Jalur pendakian ada 3 ( jalur medini Desa Promasan, jalur Gedongsongo dan Jalur Pos Mawar Sidomukti ), Puncak Gunung Ungaran ada 3 ( Puncak Botak, Puncak Gendol dan Puncak Ungaran ) waktu tempuh dari jalur Gedongsongo menuju Puncak Ungaran +/-6 jam dan turun sekitar 3 jam. Ada 3 pos jika melalui Mawar jarak tempuh Pos mawar ke pos I sekitar 30 Menit, Pos I menuju pos II sekitar 30 menit, Pos II Menuju Pos III sekitar 1 jam, Pos III menuju puncak Ungaran sekitar 1,5 Jam. Total waktu pendakian 3,5 jam 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PILIH JALANMU SENDIRI UNTUK MENGGAPAI PUNCAK GUNUNG TELOMOYO

Banyak alternatif sarana untuk melakukan perjalanan. Mungkin kamu mempercayakan pada kedua roda motormu, Kokohnya empat roda mo...