Tepat awal agustus 2015 jam 13.00 WIB Kereta api mulai meluncur, mengarah ke utara dari stasiun Kdiri. Jika ada yang membaca dua tiket yang tergeletak di sisi tempat duduk kami pasti orang itu dapat menebak kemana arah perjalanan kami, apalagi bicara tentang tujuan perjalanan, pasti siapa saja dengan mudah menebak jika melihat dua ransel yang terselip dibagasi atas tempat duduk ini dan border emblem beberapa gunung yang menempel di baju kami. Mas-mas ini tentu mau mendaki gunung. Enam jam perjalanan nyaman dalam kereta dan sesuai dengan waktu tempuh yang tertera pada tiket, tepat kami tiba di tujuan, stasiun Tawang Semarang.
Sebuah gunung di barat daya
Kabupaten Semarang, Gunung Ungaran dengan ketinggian 2050 Meter diatas
permukaan laut ( Mdpl ) menjadi tujuan kami. Ini adalah sebuah awal dari
serangkaian target kami untuk mendaki sepuluh gunung di jawa tengah. Sebuah
proyek kecil-kecilan bertajuk “menuju atap-atap jawa tengah 2015-2016 “. Malam
mulai larut, tapi semangat belum surut. Tepatnya di Kecamatan Bandungan kami
mulai menginjakan kaki di ketinggian lereng Gunung Ungaran. Sampai di tempat
ini merupakan perjuangan berat bagi kami dalam melakukan perjalanan di malam
hari. Dari Stasiun Tawang Semarang naik angkutan kota menuju terminal Terboyo Semarang
kemudian perjalanan kami lanjutkan dengan menumpang bus menuju Ambarawa. Menuju
kecamatan Bandungan kami tempuh dengan menumpang truck, malam hari tidak ada
angkutan umum menuju Kecamatan Bandungan. Untung saja ada truck yang akan
mengambil pasir memberi tumpangan pada kami. Truck berhenti di pasar Jimbaran,
selanjutnya perjalanan kami teruskan dengan berjalan kaki menuju Candi
Gedongsongo, sesuai rencana start pendakian kami mulai dari Candi Gedongsongo
dan finish di Pos Mawar Sidomukti. Jarum jam menunjukkan pukul 00. 15 WIB, rasa
lelah dan kantuk sudah tidak dapat ditahan lagi ketika kami tiba di pertigaan
jalur menuju Candi Gedongsongo, di samping POM bensin ada sedikit tempat yang
nyaman untuk bermalam. Kami dirikan tenda di sepetak kecil taman dengan
sebelumnya meminta izin pada petugas POM bensin.
Pagi tiba dengan cepat di hari
Minggu tanggal 2 Agustus 2015, seakan hanya beberapa menit saja tertidur atau
mungkin lelap kami begitu kuat sehingga waktu terpangkas tak terasa. Kami
berkemas untuk selanjutnya trekking
menuju Candi Gedongsongo. Sebelumnya kami mempersiapkan diri dengan sarapan
pagi dan tentunya mandi dan gosok gigi.
Kami mulai menapaki ketinggian Candi Gedongsongo, waktu menunjukkan
pukul 09.15 WIB. Estimasi pendakian kali ini dengan perjalanan mendaki santai
target waktu yang kami tetapkan sekitar 6 jam atau sebelum matahari terbenam
kami sudah mendirikan tenda di puncak Gunung Ungaran. Dingin udara pegunungan mampu mengalahkan
terik matahari, kesejukan di seputar Candi gedongsongo mencerminkan rangking di
urutan pertama tempat di Asia tenggara dengan bioenergi terbaik. Kesempatan
yang tidak boleh di lewatkan untuk menghirup udara bersih sepuas-puasnya.
Selepas batas wisata Candi
Gedongsongo dengan belantara Gunung ungaran Kami mulai menerobos semak-semak. Jalur
menanjak curam pada kemiringan 60 derajat. Hampir satu setengah jam kami
menempuh perjalanan diantara vegetasi semak dan pepohonan perdu, matahari tepat
diatas kepala. Jalur melingkar-lingkar di punggungan perbukitan, sampai di sini
Puncak Gunung Ungaran belum terlihat. Kami beristirahat di tempat yang lapang,
cukup lama di batas vegetasi semak dengan vegetasi hutan hujan yang rapat. Makan
dan minum berkalori tinggi mampu memulihkan tenaga dari rasa lelah berjalan dan
beban memanggul ransel.
Kami meneruskan perjalanan
setelah hampir 30 menit beristirahat, kelebatan hutan hujan di lereng atas
Gunung Ungaran mengingatkan kami pada Alas lumut Wukir Negoro Gunung Butak Kawi
yang ada di Kabupaten malang. Sunyinya mampu menundukkan hati dari rasa berani
menjadi rasa takut. Kami berdoa agar tempat-tempat seperti ini tetap lestari,
menjadi pabrik -pabrik udara paling bersih di muka bumi ini. Kami terus
berjalan, Puncak Botak salah satu dari tiga puncak Gunung Ungaran mulai terlihat.
Tampak samar ada beberapa manusia tengah berdiri diatasnya. Jalur pendakian
dari Wisata Candi Gedongsongo tidak ada pos pendakian seperti halnya jalur
melalui Pos Mawar Sidomukti. Hanya ada petunjuk arah yang di pasang para
pendaki berupa papan besi yang di tempelkan pada pepohonan, jalurpun masih
samar tertutup kerapatan semak belukar. Kami bertemu dengan beberapa pendaki
gunung yang baru turun dari Puncak Gunung Ungaran sementara untuk pendaki yang
naik lewat jalur candi Gedongsongo tidak ada yang di temui selain kami berdua.
Memang berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari beberapa orang petugas
tempat wisata Candi Gedongsongo mayoritas jalur Gedongsongo hanya di gunakan
sebagai jalur turun sementara untuk naik lebih banyak melalui jalur Pos Mawar
Sidomukti atau melalui Desa Promasan. Hal ini cukup cerdik karena turun melalui
candi Gedongsongo kita bisa masuk tempat wisata gratis. lumayan bisa menghemat
7.500 per orang untuk tiket masuk wisata candi Gedongsongo.
Kami sampai pada pertigaan jalur,
kekiri mengarah ke puncak Gunung Ungaran sementara ke kanan mengarah ke puncak
Botak. Di pertigaan jalur tersebut terdapat tempat lapang yang bisa di gunakan
sebagai tempat camp. Nampak beberapa tenda berdiri, sepertinya dari organisasi
pecinta alam yang sedang mengadakan diklat lapangan. Kami memilih jalur kekiri
seperti petunjuk dari pendaki yang turun, sebentar lagi kami akan mencapai puncak Gunung
Ungaran. Kumandang azan ashar sayup-sayup terdengar. Lepas dari trek yang
menanjak dan menyusuri kelebatan hutan kami tiba di puncak Gunung Ungaran. Tugu
triangulasi nampak berdiri kokoh, tugu yang di buat oleh satu kesatuan militer
dengan identitas simbol ketentaraan. Keril yang menjadi beban kami lepaskan,
kepuasan akan kemenangan menggapai Puncak Ungaran mampu menghapus rasa letih.
Hanya kami berdua yang berada di puncak Ungaran saat itu. Kibaran bendera merah
putih yang membubung tinggi di angkasa mengawali pencapaian kami di langkah awal
pendakian atap-atap Jawa Tengah.
Waktu terus bergerak cepat
mengantar kami di penghujung senja, sebentar lagi malam menjemput. Tenda sudah
berdiri di antara semak-semak yang cukup tinggi. Kami rasa sudah aman untuk
melindungi dari hantaman angin. Meski dingin kemarau begitu menggigit tetapi
jaket dan sleping bag r*i milikku mampu menghalau. Sepi dan hanya ada suara
kami berdua malam ini. Mengingat sebelum tangan menjadi kaku di genggam dingin
kami segera memasak makanan sederhana, siap saji, simple dan penuh kalori.
Logistik masih tersisa dua pertiga dari apa yang telah kami bawa. Menurut estimasi kami, perbekalan ini cukup untuk memenuhi
kebutuhan makan untuk dua hari kedepan. Sesuai rencana, besok setelah tenda mengering
dari basah embun kami akan segera turun. Sayang surplus perbekalan makanan
tidak di imbangi dengan perbekalan air yang cukup. Air hanya tersisa kurang
dari satu liter. Kami sudah siapkan rentangan flysheet untuk menjebak embun dan
berharap di pagi hari kami mendapatkan ada tambahan logistic berupa air minimal
setengah liter.
Diawal pagi hari Senin tanggal 3
Agustus 2015. Cahaya diufuk timur masih sebentuk garis jingga membelah
cakrawala. Sementara didalam tenda salah satu sahabat masih melingkar malas terbungkus slepping
bag. Saya membangunkan dia, agar moment ini tidak terlewatkan bagi kami, para
pemburu sunrise. Saya mengintip dari balik tenda kabut tipis masih menyelimuti
puncak, menengadah kelangit dan cuaca cerah mendukung untuk menyaksikan sunrise.
Kami segera bergegas menuju hamparan batu di puncak tertinggi mencari posisi
untuk melihat luasnya dunia. Barisan gunung-gunung di Jawa Tengah seakan
melayang diatas awan. Dari sisi timur ada Gunung Lawu, bergeser keselatan
puncak Merbabu dan tampak sedikit di baliknya puncak Merapi menuju ke arah barat
ada triple s ( Sumbing, Sindoro dan Slamet ). Cahaya jingga itu adalah yang
terbaik dari sekian banyak sunrise yang pernah kami lihat di puncak gunung,
anugerah bagi kami para pendaki yang menyaksikan bergantinya gelap menuju
terang saat cahaya jingga berpendar bundar selanjutnya menjadi terang
menyilaukan. Puncak Gunung Ungaran, memberi hadiah tidak terduga untuk kami
para pemburu sunrise.
Selepas
makan pagi dan minum air embun, badan mulai bugar terlebih hampir semalaman
kami habiskan waktu untuk tidur. Sedikit bermalas-malasan sambil menunggu tenda
kering kami manfaatkan untuk mengabadikan lanskape Puncak Ungaran. Tepat pukul
10.00 WIB kami bergegas turun menuju Pos Mawar Sidomukti, jalur ini ternyata
cukup ekstrem, bertolak belakang dengan rute pendakian kami dari Candi
Gedongsongo. Mendaki masih di naungi dengan kesejukan udara sementara turunnya
penuh peluh tersengat terik, apalagi perbekalan minum kami tinggal seperempat
liter. Jalur terjal dan curam membentang di hadapan kami sementara di kejauhan
membentang luas hamparan perkebunan teh Medini. Kami terus berjalan turun
secepatnya mencari sumber mata air. Pos tiga berupa gubuk kecil dipunggungan gunung telah terlampaui
selanjutnya sampai pada pertigaan jalur dengan petunjuk yang mengarah ke desa
Promasan dan petunjuk yang mengarah ke Pos Mawar, kami terus berjalan melewati
pos dua hingga sampai di kolam air yang jernih. Kami sempatkan untuk
beristirahat di sini, minum air sepuasnya dan mandi. Tubuh kembali bugar, kami
lanjutkan perjalanan turun, tak begitu lama kami sampai di pos satu. Sebelumnya
melewati air terjun kecil. Pukul 13.15 WIB kami tiba di Pos Mawar Sidomukti.
Kami beristirahat dulu di shelter Pos Mawar sebelum berangkat pulang menuju
Kota Semarang. Waktu kami cukup lama karena
kereta api menuju Kediri masih pukul 23.40 WIB.
Rute Perjalanan dan waktu tempuh
pendakian :
Stasiun Tawang Semarang – Bus
menuju Ambarawa / solo turun di pom bensin menuju ke gedongsongo selanjutnya
naik angkutan menuju Kecamatan Bandungan – Turun di Pasar Jimbaran – Naik Ojek
atau trekking menuju Candi Gedongsongo ( jalur Gedongsongo ) atau menuju desa
Sidomukti ( jalur Pos Mawar Sidomukti ). Perjalanan malam hari dari Stasiun
Tawang naik angkutan ke Terminal Terboyo selanjutnya perjalanan dengan Bus
Semarang-Solo, Turun Pom Bensin Arah menuju Kecamatan Bandungan. Dari Pom
Bensin tidak ada angkutan umum, perjalanan bisa di lanjutkan dengan ojek atau
mencari tumpangan truk sayur arah jimbaran Bandungan, jarak sekitar 18
Kilometer. Untuk biaya Dari stasiun tawang sampai dengan Pasar jimbaran (
angkutan bus kota dan angkot ) biaya +/- 25.000 / orang. Malam hari biaya
perjalanan lebih mahal.
Jalur pendakian ada 3 ( jalur medini Desa
Promasan, jalur Gedongsongo dan Jalur Pos Mawar Sidomukti ), Puncak Gunung
Ungaran ada 3 ( Puncak Botak, Puncak Gendol dan Puncak Ungaran ) waktu tempuh
dari jalur Gedongsongo menuju Puncak Ungaran +/-6 jam dan turun sekitar 3 jam.
Ada 3 pos jika melalui Mawar jarak tempuh Pos mawar ke pos I sekitar 30 Menit,
Pos I menuju pos II sekitar 30 menit, Pos II Menuju Pos III sekitar 1 jam, Pos
III menuju puncak Ungaran sekitar 1,5 Jam. Total waktu pendakian 3,5 jam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar