Senin, 05 Januari 2015

WASIAT BAPAK.

Catatan : Silahturahmi kepada mereka yang memberi inspirasi.

Di sambungan telephon, Tangisnya pecah, terdengar lirih nada bicara yang menyesakkan. Parau, terisak memohon sesuatu “ Pesan bapak, jangan sampai peninggalan satu-satunya, tanah dan rumah ini di jual. Mohon, saya meminta tempo, jangka waktu menyelesaikan kewajiban. Tiga bulan ke depan, setelah masa potong biaya dari upah bekerja di luar negeri.  Saya masih berusaha, mohon dan tolong agar di bantu. Itu pesan bapak….itu pesan bapak…..  Pesan bapak sebelum meninggal”. Suaranya di penuhi kesedihan, tidak ada rekayasa dan menunjukkan keseriusan komitmen. Pertaruhan besar untuk menjaga amanah, wasiat orang tua.

Saya terdiam, merenung dengan kalimat penutup yang di ucapkan “ pesan bapak sebelum meninggal “. Ini tidak mudah, mengakomodir wasiat dan amanah terakhir. Sementara penyelesaian secepatnya menjadi prioritas utama.  Mulai mentaut-tautkan proses. Sejak dari awal perkenalan sampai kondisi yang terjadi selama ini. Menimbang ulang, apa kekurangan dan kesalahan yang pernah di perbuat, apakah sudah jujur, dan transparan sejak  dari awal. Apakah informasi telah di sampaikan dengan benar dan terbuka. Adakah setingan ataupun rekayasa.

Sehari-hari, dalam bekerja tidak jarang harus di hadapkan untuk menentukan keputusan pada pilihan rumit dan sulit seperti ini, antara mengakomodir perasaan atau menjalankan ketegasan berdasarkan aturan. Tak kuasa untuk luluh sebagai manusia yang memiliki rasa dan di anugerahi hati menghadapi keluh kesah, persoalan dan masalah mitra untuk bisa menyelesaikan kewajiban.

Tidak ada salahnya memberikan kesempatan, untuk tiga bulan ke depan. Beliaupun juga tidak tinggal diam, telah berusaha dan berupaya sekuat tenaga. Jikapun kita harus menerima kenyataan seperti ini, tidak semua itu karena salah mereka. Kitapun perlu mengkoreksi diri. Menjadikan pelajaran dan hukuman atas kesalahan yang telah di perbuat. Tidak perlu menggunakan kekuatan korporasi yang pada akhirnya menorehkan luka baru. Ini bukan masalah ketegasan untuk mencari pemenang, ini perkara keberlangsungan yang tidak akan terhenti hubungan kerjasama hanya setelah ini dan menyangkut pula rasa.  Kepuasan pelanggan yang selalu menjadi tolak ukur kualitas produk jasa.

Waktu yang bicara dan membuktikan. Melewati tiga bulan pertama, tiga bulan kedua dan seterusnya. Kenyataan sesuai harapan, komitmen-komitmen di penuhi. Berjalan kembali pada rel yang benar dan arah tujuan yang sesuai. Tidak semua yang awalnya baik berakhir baik dan begitu sebaliknya, tidak selalu yang berawal buruk akan berakhir buruk.

Tujuan korporasi ini sangat mulia. Sejahtera bersama, antara korporasi dan mitra. Tidak ingin korporasi ini membuat jebakan-jebakan, yang menghadirkan pertarungan tidak seimbang antara individu melawan kelompok. Betapa bahagia, dalam analogi sederhana jika kita menjadikan buruh tani menjadi pemilik tanah. Bukan sebaliknya dari pemilik lahan menjadi buruh tani, lebih parah jika mereka harus kehilangan rumah satu-satunya.

Dua tahun lebih pasca peristiwa itu terjadi, kini beliaupun masih bermitra dengan lembaran baru. Seluruh komitmennya telah terselesaiakan dan wasiat orang tuanya bisa di penuhi. Sesekali dari negeri seberang tempatnya mencari rezeki beliau memberikan kabar. Menceritakan kondisi terkini dan tentunya tanpa tangisan……..Semoga tetap sukses, bu….. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PILIH JALANMU SENDIRI UNTUK MENGGAPAI PUNCAK GUNUNG TELOMOYO

Banyak alternatif sarana untuk melakukan perjalanan. Mungkin kamu mempercayakan pada kedua roda motormu, Kokohnya empat roda mo...