Saya memiliki kawan yang usianya
terpaut dua kali lebih tua dari umur saya. Fisiknya masih prima, tidak kalah
dengan anak usia SMA. Sebut saja namanya Pak Haji, Beruntung dalam beberapa
kesempatan bisa olahraga bersama beliau menikmati udara pegunanungan dan
menyaksikan tempat-tempat eksotik di negeri ini. Pantas saja sahabatnya banyak, Pak Haji memang orang yang
ramah dan supel. Aktif dalam organisasi
keagamaan dan pekerja keras. Pengalaman hidup luar biasa, sering di ceritakan
kepada saya dalam obrolan perjalanan. Berbicara dalam perjalanan adalah pelipur
lelah dan letih fisik saat berjalan kaki.
Pada satu kesempatan ketika
berpetualang saya hanya berdua di temani Pak Haji. Merealisasikan rencana untuk
menyambangi Air terjun terindah di Kabupaten Kediri, Air terjun Ngleyangan.
Berjalan kaki mendaki di lereng Gunung Wilis sepanjang 4 kilometer. Sepanjang
perjalanan beliau menceritakan pengalaman hidupnya. Tidak hanya urusan
bertualang dan jalan-jalan tetapi tentang urusan dunia dan akhirat. Bagaimana
beliau jatuh bangun merintis usaha. Dari bekerja di perusahaan konstruksi
sampai sekarang memiliki toko yang mapan di depan rumah. Proyek dua arah,menggapai
sukses dunia dan akhirat. Rumahnya adalah ladang untuk mencapai itu semua.
Usaha toko kebutuhan rumah tangga di sebelah mushala yang terus di kembangkan.
Tidak hanya bangunan fisik tetapi membangun
akhlaq masyarakat sekitarnya. Siang bekerja sore dan malam beribadah,
membimbing anak-anak mengaji dan aktivitas keagamaan di mushola samping
rumahnya.
Saya pun salut. Aktivitasnya yang
padat tidak membuat beliau meninggalkan hobinya berjalan kaki. Trekking ke
pegunungan menikmati keindahan alam semesta ini. Hobi yang terus berlanjut dari
remaja sampai usia senja. Terkadang dua putranya yang saat ini mahasiswa
menemani aktivitas beliau untuk bertualang. Refresing keluarga yang
menyenangkan. Sayapun semakin kagum dengan pribadi Pak Haji. Di jari
telunjuknya tersemat melingkar finger tally. Benda yang sering saya perhatikan
ketika beberapa kali bertualang. Benda
yang selalu menemaninya dan menurut saya barang itu bagi Pak Haji lebih berarti
daripada cincin emas berlian. Dalam satu kesempatan ketika kami beristirahat saya
sempat melihat satu deretan angka lebih diatas empat ribu tertera dalam layar
digital finger tally tersebut.
Saya tidak berani bertanya pada
Pak Haji tetapi secara umum finger tally di gunakan untuk menghitung jumlah
dzikir. Sulit bagi yang tidak terbiasa memadukan aktivitas duniawi dan surgawi
dalam satu kegiatan. Mengkombinasikan dengan aktivitas pekerjaan, aktivitas
olahraga dll. Pak haji pun berbagi Sepuluh ribu Dzikir dan sholawat untuk
menentramkan hati, dan Seratus kali bacaan ayat kursi untuk tetap di anugerahi
tubuh yang sehat. Mudah di lakukan begitu segala sesuatu menjadi kebiasaan. Pak
Haji telah membuktikan dengan segenap keyakinanya. Fisik prima dan pancaran
pribadi yang bahagia
Tidak terasa hampir dua jam kami
berjalan kaki menembus kelebatan hutan, Gemuruh Air terjun menderu, debit air
di musim penghujan cukup tinggi. Air melompat di ketinggian 150 meter terjun
bebas menghantam lapisan lapisan tebing yang bertingkat. Menghasilkan rintik
air, gerimis yang tiada henti di radius 50 Meter. Kerapatan tumbuhan dan
kelembaban udara menyejukkan tubuh. Pak Haji menyapa ramah para pengunjung yang
hari itu cukup ramai, Puluhan penikmat alam dan petualang yang mayoritas
berusia belia. Betapa berharga perjalanan kali ini bisa belajar dari Pak Haji.
Duduk bersama di pinngir sungai menikmati makanan yang sederhana. Nasi jagung
pun terasa nikmat dan kesegaran air murni pegunungan yang jernih , bersih dan
tentunya jauh dari pencemaran pestisida.