Selasa, 03 Februari 2015

SELEMBAR SURAT SOMASI DALAM GENGGAMAN SEORANG IBU DAN ANAK BALITANYA.



Catatan : Silahturahmi ke mereka yang memberi inspirasi

Hari masih pagi, petugas security terlihat sibuk membantu rekannya membersihkan halaman. Saya duduk sendiri di ruang depan kantor.  Mengamati jalanan yang ramai lalu lalang kendaraan.  Di seberang jalan di bawah rindang pepohonan, terlihat seorang ibu mengendong anak balita. Bajunya lusuh, meneteng tas plastic hitam dan bundelan kecil di selendang gendongan. Tampak anak itu masih terlelap tidur dengan tenang.  Ibu itu sepertinya sedang menunggu sesuatu. Sekejap kemudian tangannya melambai. Bus kecil berhenti, mengilangkan sosoknya yang sedari tadi saya amati.

Melihat drama tiga menit di seberang jalan depan kantor. Mengingatkan saya pada peristiwa tiga tahun yang lalu. Anganpun melayang ke masa silam. Pertemuan saya dengan seorang ibu dan anak balitanya. Pertemuan yang terkesan prosedural. Langkah dan upaya yang sebisa mungkin saya hindari. “Apakah hanya untuk berkomunikasi saja harus menggunakan surat somasi?”. Tapi itulah yang terjadi. Lebih dari lima kali saya bersilahturahmi ke rumahnya di gang sempit di seberang sungai. Tidak pernah sekalipun berjumpa, apalagi berkomunikasi menyampaikan maksud dan tujuan untuk bersama-sama mencari solusi.

Didalam satu ruang, dengan sedikit gemetar ibu itu menunjukkan selembar surat. Raut mukanya terlihat takut, maklum juga, ketika sudah berbicara pasal-pasal, aturan hukum apalagi berurusan dengan penegak hukum sebagian besar orang pasti gentar. Saya mencoba mencairkan suasana, sedikit mengajak bercanda, anaknya pun tampak gelisah. Saya tidak berusaha segera mencecar dengan pertanyaan. Interograsi yang terkesan tidak manusiawi. Suasana mulai tenang dan saya persilahkan beliau bercerita. Kemana selama ini sehingga sulit berjumpa apalagi untuk berkomunikasi.

Beliau bercerita entah itu benar atau tidak, tetapi tetesan airmata cukuplah meyakinkan saya bahwa ceritanya tidak di rekayasa. Tentang lika-liku kehidupan. Mencari penghidupan di pasar dan jalanan. Berharap belas dan kasih, meminta-minta. Suaminya pun juga bekerja. Tetapi apalah daya, pendapatan tidak mampu menggapai kebutuhan rumah tangga. Apalagi harus dengan konsisten menyelesaikan kewajiban, tentu akan terlambat. Seringkali meng “ kambing hitamkan “ karakter tetapi ini masalah kemampuan dan kapasitas. Siapa yang tidak terenyuh mendengar kisah seperti itu. Fikiran terbang kemana-mana, membayangkan hal yang sungguh menyedihkan. 

Saya tertegun sekejap, tiada berguna bicara andaikan. Waktu tidak dapat di putar kembali untuk menolak permohonan fasilitas kreditnya. Menjadi pelajaran agar kita semakin berhati-hati, Tidak semuanya kebutuhan modal di selesaikan dengan cara berhutang, masih banyak alternative lain, Membantu tidak berarti harus menerima, menolakpun kita bisa menolong mereka. Saya hanya butuh komitmen. Mengajaknya berfikir sejenak, untuk mengkalkulasi dan menghitung ulang seberapa beliau mampu dengan kelongaran pendapatan. Akhirnya, di capai kesepakatan untuk pembaharuan. Hari ini menuju tiga tahun ke depan. Semoga waktu, ke depan menuntunnya menuju jalan kebaikan ekonomi. Hadiah bagi siapa saja yang mau berusaha dan bekerja keras.

Telah lama melupakan, sepintas dalam kesempatan waktu yang terbatas. Melihat lagi fakta komitmennya yang terangkum dalam selembar kertas. Urutan bulan telah terisi nominal angka yang sama. Kembali lancar seperti harapan kami berdua. Saya tidak ingin perbaikan ini karena paksaan dari selembar surat tetapi lebih pada perbaikan ekonomi.  
  
Pagi itu, saya seorang diri melihat seorang ibu mengendong anak balita pergi menumpang bus. Tetapi sayang, sayapun belum berkesempatan berjumpa. Di satu hari, di setiap bulan di tiga tahun terakhir ini. Ada seorang ibu entah masih bersama anak balitanya atau tidak, turun dari angkutan umum di depan kantor. Bersilahturahmi di waktu ruangan ini telah ramai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PILIH JALANMU SENDIRI UNTUK MENGGAPAI PUNCAK GUNUNG TELOMOYO

Banyak alternatif sarana untuk melakukan perjalanan. Mungkin kamu mempercayakan pada kedua roda motormu, Kokohnya empat roda mo...