Kamis, 11 Desember 2014

IBU ANTI YANG SAKIT



Catatan : Silahturahmi kepada mereka yang memberi inspirasi

Dengan sedikit tertatih ibu itu menemuiku, sebut saja namanya Ibu Anti. Satu hari sebelumnya, saya berkunjung ke rumahnya di temui suami. “Ibu Anti saat ini sedang pergi ke rumah sakit untuk berobat atas penyakit yang berat” suami menjelaskan dengan nada yang serius. Berkunjung ke rumah sakit seminggu dua kali adalah agenda rutin Ibu Anti pasca mendadak jatuh dan koma satu minggu. Beliau menyapaku dengan senyuman yang tertahan, sepertinya masih menahan rasa sakit.  Tubuh kurus, kulit pucat menyiratkan bahwa beliau sedang di hinggapi penyakit yang parah.

Baru pertama kali saya bertemu dengan beliau. Saya memperkenalkan diri dan sedikit berbasa basi. Menunjukkan keprihatinan atas sakitnya.  Menyampaikan maksud dan tujuanku meski terkadang melihat kondisi di lapangan seperti itu, membuat perasaan lebih dominan berbicara daripada ketentuan. Hari ini saya ingin mendengarkan saja, ibu itu berbicara tentang sakitnya. 

Tepatnya pada saat hari raya idul fitri. Di antara anak-anaknya yang masih berkumpul di rumah, beliau mengalami ujian sakit. Jatuh, tidak sadarkan diri lalu koma satu minggu. Perhatian dan support dari ke empat anak beliau yang membuat bertahan. Semuanya mengerti dan menunjukkan cinta seorang anak kepada orang tua. “ Ngopeni, sendanten mas”. Semua memperhatikan dan membiayai. Silih berganti menunggui di rumah sakit, menenangkan, menggantikan baju dan menyuapi. Itulah yang membuat Ibu Anti kuat bertahan atas sakitnya. 

Pasca hari-hari yang kritis beliau masih bertahan, seminggu dua kali bolak-balik kerumah sakit untuk cuci darah karena ginjalnya tidak berfungsi dengan baik. Meski factor biaya dan transportasi telah teratasi tetapi tidak mudah mengatasi rasa sakit proses cuci darah. Efek samping mual, mutah, pusing dan empat sampai lima jam lamanya proses yang menyakitkan, tidur terlentang dengan tangan tertembus jarum-jarum suntik. Enggan rasanya bagi saya yang di beri kesehatan seperti ini untuk sekedar membayangkan.

Seperti membalikkan telapak tangan jika tuhan berkehendak. Di saat kegembiraan dan senyum hari raya dalam hitungan detik bahagia berubah menjadi duka. Betapa rapuh hidup manusia atas kuasa Tuhan. Semua menjadi ujian dan  bisa pula menjadi hukuman atas setiap perbuatan dan tindakan manusia. Di saat semua telah terjadi tidak perlu di sesali. Wajib di hadapi dengan segala upaya tenaga, fikiran dan hati yang positif sampai takdir Tuhan berbicara tentang hidup dan mati.

Beruntung saya memiliki keluarga, saudara dan sahabat yang terkadang saya lupakan saat di beri kegembiraan. Merekalah tempat saya berbagi. menguatkan saat didera duka dan ada ketika saya terluka. Ibu Anti pun mampu bertahan dengan semangat yang di kobarkan dari dalam dirinya dan motivasi dari orang-orang terdekat. Memandang wajah dengan pancaran semangat hidup yang kuat dari dera sakit.  

Tak terasa hampir satu jam mendengarkan kisah yang di sampaikan Ibu Anti. ………Semoga Ibu di berikan kekuatan, ketabahan dan kesabaran………. Dan akupun terus berusaha dan mencari cara, agar beliau  mampu segera menunaikan kewajibannya……….  Semoga  ( 10-12-2014 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PILIH JALANMU SENDIRI UNTUK MENGGAPAI PUNCAK GUNUNG TELOMOYO

Banyak alternatif sarana untuk melakukan perjalanan. Mungkin kamu mempercayakan pada kedua roda motormu, Kokohnya empat roda mo...