Catatan : Silahturahmi kepada mereka yang memberi inspirasi
Dengan sedikit tertatih ibu itu
menemuiku, sebut saja namanya Ibu Anti. Satu hari sebelumnya, saya berkunjung ke
rumahnya di temui suami. “Ibu Anti saat ini sedang pergi ke rumah sakit untuk
berobat atas penyakit yang berat” suami menjelaskan dengan nada yang serius.
Berkunjung ke rumah sakit seminggu dua kali adalah agenda rutin Ibu Anti pasca
mendadak jatuh dan koma satu minggu. Beliau menyapaku dengan senyuman yang
tertahan, sepertinya masih menahan rasa sakit. Tubuh kurus, kulit pucat menyiratkan bahwa
beliau sedang di hinggapi penyakit yang parah.
Baru pertama kali saya bertemu
dengan beliau. Saya memperkenalkan diri dan sedikit berbasa basi. Menunjukkan
keprihatinan atas sakitnya. Menyampaikan
maksud dan tujuanku meski terkadang melihat kondisi di lapangan seperti itu,
membuat perasaan lebih dominan berbicara daripada ketentuan. Hari ini saya ingin
mendengarkan saja, ibu itu berbicara tentang sakitnya.
Tepatnya pada saat hari raya idul
fitri. Di antara anak-anaknya yang masih berkumpul di rumah, beliau mengalami
ujian sakit. Jatuh, tidak sadarkan diri lalu koma satu minggu. Perhatian dan
support dari ke empat anak beliau yang membuat bertahan. Semuanya mengerti dan
menunjukkan cinta seorang anak kepada orang tua. “ Ngopeni, sendanten mas”.
Semua memperhatikan dan membiayai. Silih berganti menunggui di rumah sakit,
menenangkan, menggantikan baju dan menyuapi. Itulah yang membuat Ibu Anti kuat
bertahan atas sakitnya.
Pasca hari-hari yang kritis
beliau masih bertahan, seminggu dua kali bolak-balik kerumah sakit untuk cuci
darah karena ginjalnya tidak berfungsi dengan baik. Meski factor biaya dan
transportasi telah teratasi tetapi tidak mudah mengatasi rasa sakit proses cuci
darah. Efek samping mual, mutah, pusing dan empat sampai lima jam lamanya
proses yang menyakitkan, tidur terlentang dengan tangan tertembus jarum-jarum
suntik. Enggan rasanya bagi saya yang di beri kesehatan seperti ini untuk
sekedar membayangkan.
Seperti membalikkan telapak
tangan jika tuhan berkehendak. Di saat kegembiraan dan senyum hari raya dalam
hitungan detik bahagia berubah menjadi duka. Betapa rapuh hidup manusia atas
kuasa Tuhan. Semua menjadi ujian dan bisa pula menjadi hukuman atas setiap
perbuatan dan tindakan manusia. Di saat semua telah terjadi tidak perlu di
sesali. Wajib di hadapi dengan segala upaya tenaga, fikiran dan hati yang
positif sampai takdir Tuhan berbicara tentang hidup dan mati.
Beruntung saya memiliki keluarga,
saudara dan sahabat yang terkadang saya lupakan saat di beri kegembiraan.
Merekalah tempat saya berbagi. menguatkan saat didera duka dan ada ketika saya
terluka. Ibu Anti pun mampu bertahan dengan semangat yang di kobarkan dari
dalam dirinya dan motivasi dari orang-orang terdekat. Memandang wajah dengan pancaran
semangat hidup yang kuat dari dera sakit.
Tak terasa hampir satu jam
mendengarkan kisah yang di sampaikan Ibu Anti. ………Semoga Ibu di berikan
kekuatan, ketabahan dan kesabaran………. Dan akupun terus berusaha dan mencari
cara, agar beliau mampu segera
menunaikan kewajibannya………. Semoga ( 10-12-2014 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar