Kamis, 16 Oktober 2014

DI RUANG TUNGGU BANK UMUM

Catatan : Sililahturahmi kepada mereka yang memberi inspirasi
 
Jika saya mampu mengulang lagi waktu, ingin rasanya kembali ke masa lalu sehingga penyesalan ini tidak perlu terjadi…………..

 Pertemuan tidak terduga di ruang tunggu bank umum terasa menyesakkan. Ibu setengah baya di antar putranya yang masih belia meneteng tas kresek kecil berisi uang pecahan seratusan ribu. Saya bayangkan nominalnya kisaran puluhan juta rupiah. Saya  duduk di sebelahnya dengan kepentingan yang berbeda. Mengurusi likuiditas keuangan kantor sementara beliau antri menunggu setoran. Saya mengenal suaminya sebagai peternak dan pedagang Kambing. Kalau saya menilai, beliau adalah pedagang dan peternak kambing berpengalaman. Hewan ternak dari beragam usia terlihat sehat dan gemuk. Kandangnya luas, bersih  dan rapi memiliki kapasitas isi 50 ekor kambing dengan beragam jenis. Pilihan hargapun bervariasi. Pantas saja jika rumahnya selalu ramai dari mereka yang hanya ingin melihat-lihat sampai mereka yang berminat membeli.

Hari masih pagi. Dideretan bangku terdepan  4 orang sedang mengantri. Saya jabat tangannya dan beliau menyapa, “ mas, alhamdullilah untuk pertama kalinya saya menabung di bank. Tadi sudah di terima pembukaan rekening. Ini uangnya supaya aman, setelah kemarin dibuat belanja hewan ternak saat Idul Adha kini uangnya sudah kembali. Biasanya sama bapak di simpan di rumah. Untuk tahun ini saya belajar menabung.” Mendengar ucapan beliau yang polos dan tanpa ragu, merupakan tamparan kata-kata telak kemuka . Seisi fikiran hanya ada pertanyaan penyesalan yang di dahului kata kenapa, dan mengapa.

Dirumahnya, kartu nama saya terselip diantara kaca dan meja bersama kartu nama lain.  Terbilang tiga  kartu nama dari petugas bank. Sudah menjadi protap jika bersilahturahmi sedikit banyak menyinggung pekerjaan. Mensosialisasikan fasilitas bank, tetapi ada saja yang terlewatkan. Terlalu getol menawarkan modal sehingga lupa mengajak orang menabung. Betapa sulitnya menjaga konsistensi apalagi merubah pola fikir. Paradigma intermediasi, keseimbangan funding dan lending.

Si ibu dan suaminya mengenal saya sebagai petugas bank tetapi brand name ( merek ) untuk kesekian kali telah mengalahkan. Fikiran positif masyarakat telah di bangun dari promosi  brosur, spanduk dan iklan.  Di lihat dan di dengar berulang-ulang mempengaruhi fikiran positif seseorang. Harus optimis, Saya tetap yakin, kitapun punya kekuatan. Membangun kepercayaan  dengan kekeluargaan dan semangat persahabatan. Mengenalnya lebih dekat, membantunya dengan tulus dan iklas.

Pelajaran berharga untuk selalu memperbaiki diri dari hal tidak terduga. “Alhamdullilah”, Jika saja tidak menjadi pengganti petugas yang cuti. Saya tidak mungkin bertemu dengan ibu itu. Bersyukur selalu di ingatkan agar tetap konsisten membangun mitra. Berfikir positif akan mengurangi beban psikologis. Masih banyak peluang yang bisa di raih………

Ibu itu beranjak menuju meja counter menyetorkan uang, Senyuman teller mengurai kecemasan yang jelas tergurat di wajahnya. Maklum, langkah pertama untuk menabung terasa sulit, selanjutnya menjadi biasa kemudian membudaya. Sebelum beliau beranjak pergi saya berkata lirih,” Salam buat Bapak ya bu, Insya Allah,  akan silahturahmi ke rumah Panjenengan “ Ibu itu meninggalkan senyuman yang memberikan arti mendalam. Waktu tak mungkin kembali, tidak perlu disesali. Kita belajar darinya untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Yakin saja suatu hari keluarga itu akan menjadi mitra kita. AMIN……

1 komentar:

PILIH JALANMU SENDIRI UNTUK MENGGAPAI PUNCAK GUNUNG TELOMOYO

Banyak alternatif sarana untuk melakukan perjalanan. Mungkin kamu mempercayakan pada kedua roda motormu, Kokohnya empat roda mo...