Beberapa
waktu lalu,di kalangan pendaki gunung ramai di bicarakan tentang pencarian
pendaki gunung yang tersesat disalah satu gunung di Jawa Tengah. Segala
kemampuan search and rescue ( SAR ) di kerahkan dan peralatan teknologi
di optimalkan. Berbekal kehandalan dan pengalaman team rescue dari berbagai
kalangan pecinta alam, basarnas, masyarakat sekitar selama beberapa hari
pencarian tidak menemukan hasil yang significan. Sampai pada suatu saat di
basecamp koordinasi SAR, seseorang yang di identifikasi "misterius"
memberikan gambaran kenapa proses pencarian begitu sulit di lakukan. Inti
petunjuk yang di sampaikan orang misterius tersebut adalah, jangan pernah merasa
bisa dan merasa mampu, tempatkanlah diri pada satu tingkat lebih rendah karena
yang paling tinggi hanyalah Tuhan Yang Maha Mengetahui. Kehandalan teknologi dan
kemampuan SAR kalian tidak ada apa-apanya di banding dengan kuasa sang
pencipta. Gunung bukan hanya tempat manusia, ada banyak mahluk yang menghuni,
harus tetap saling menghormati dan menjaga. Pencarian tetap di lakukan
dengan merubah pola fikir untuk tidak semata menghandalkan kemampuan dan
peralatan tetapi lebih pada sisi spiritual seraya meminta petunjuk dan
pertolongan pada Tuhan yang maha kuasa. Seminggu setelah itu pendaki
gunung yang hilang tersebut di temukan tewas di alur sungai sepi yang tidak
begitu jauh dengan perkampungan penduduk.
Berbagai ulasan di media social di
sampaikan tentang cerita itu. Saya baca dengan seksama dan berulang-ulang. Cerita
dengan fakta diatas telah menyentuh hati dan fikiran saya untuk segera kembali
instropeksi diri, mungkin saja hal-hal seperti ini yang sering membawa saya
ke ranah kegagalan. Begitu yakin akan kehebatan teknologi dan kehandalan sumber
daya manusia. Pepatahpun mengatakan " diatas langit masih ada langit
" seberapa hebat dan kuat manusia pasti ada yang menggungguli, entah
saat ini ataupun nanti. Sangat penting bagi kita untuk selalu tersadar dalam
memposisikan diri, setinggi-tingginya adalah satu tingkat lebih
rendah. Merasa lebih hebat, merasa lebih kuat, merasa lebih pandai,
merasa lebih berkuasa dan tanpa sadar menjadikan diri sebagai yang nomor
satu. Dalam setiap kompetisi kehidupan seringkali kegagalan di dapatkan ketika
kita benar-benar yakin bahwa akan menjadi pemenang. Hal itu seringkali saya
rasakan. tidak hanya dalam pekerjaan tetapi di setiap pertarungan kehidupan
ini.
Kembali pada ajaran para guru, orang
tua di saat saya masih kecil tentang semua aktivitas kebaikan dengan
mengikutsertakan tuhan di dalamnya. Segenap doa yang di lafatkan dengan hikmad
ketika beranjak tidur ataupun setelah terjaga, ketika makan ataupun sesudahnya,
Doa-doa yang selalu mengingatkan diri kita sebagai apa dan meletakkan diri kita
di posisi mana. Di setiap pagi sebelum memulai aktivitas pekerjaan ada satu
kesempatan berharga untuk merenung, berharap, meminta pertolongan kepada
Alloh SWT agar di beri kemudahan. Lewat doa bersama, meskipun hanya
segelintir saja orang yang mengikutinya harus tetap di jalankan dengan
istiqomah. Saya sering di ingatkan oleh istri terutama ketika akan bertualang,
Jangan lupa berdoa dan “pamit” jika beraktivitas di tempat “wingit”. Sekali
lagi hal sepele yang tidak boleh di remehkan.