Catatan : Sililahturahmi kepada mereka yang memberi inspirasi
Ibu itu beranjak menuju meja
counter menyetorkan uang, Senyuman teller mengurai kecemasan yang jelas
tergurat di wajahnya. Maklum, langkah pertama untuk menabung terasa sulit,
selanjutnya menjadi biasa kemudian membudaya. Sebelum beliau beranjak pergi
saya berkata lirih,” Salam buat Bapak ya bu, Insya Allah, akan silahturahmi ke rumah Panjenengan “ Ibu
itu meninggalkan senyuman yang memberikan arti mendalam. Waktu tak mungkin kembali,
tidak perlu disesali. Kita belajar darinya untuk tidak mengulangi kesalahan
yang sama. Yakin saja suatu hari keluarga itu akan menjadi mitra kita. AMIN……
Jika saya mampu mengulang lagi
waktu, ingin rasanya kembali ke masa lalu sehingga penyesalan ini tidak perlu
terjadi…………..
Pertemuan tidak terduga di ruang tunggu bank
umum terasa menyesakkan. Ibu setengah baya di antar putranya yang masih belia
meneteng tas kresek kecil berisi uang pecahan seratusan ribu. Saya bayangkan
nominalnya kisaran puluhan juta rupiah. Saya duduk di sebelahnya dengan
kepentingan yang berbeda. Mengurusi likuiditas keuangan kantor sementara beliau
antri menunggu setoran. Saya mengenal suaminya sebagai peternak dan pedagang
Kambing. Kalau saya menilai, beliau adalah pedagang dan peternak kambing
berpengalaman. Hewan ternak dari beragam usia terlihat sehat dan gemuk.
Kandangnya luas, bersih dan rapi
memiliki kapasitas isi 50 ekor kambing dengan beragam jenis. Pilihan hargapun
bervariasi. Pantas saja jika rumahnya selalu ramai dari mereka yang hanya ingin
melihat-lihat sampai mereka yang berminat membeli.
Hari masih pagi. Dideretan bangku
terdepan 4 orang sedang mengantri. Saya
jabat tangannya dan beliau menyapa, “ mas, alhamdullilah untuk pertama kalinya saya
menabung di bank. Tadi sudah di terima pembukaan rekening. Ini uangnya supaya
aman, setelah kemarin dibuat belanja hewan ternak saat Idul Adha kini uangnya
sudah kembali. Biasanya sama bapak di simpan di rumah. Untuk tahun ini saya
belajar menabung.” Mendengar ucapan beliau yang polos dan tanpa ragu, merupakan
tamparan kata-kata telak kemuka . Seisi fikiran hanya ada pertanyaan penyesalan
yang di dahului kata kenapa, dan mengapa.
Dirumahnya, kartu nama saya
terselip diantara kaca dan meja bersama kartu nama lain. Terbilang tiga kartu nama dari petugas bank. Sudah menjadi
protap jika bersilahturahmi sedikit banyak menyinggung pekerjaan.
Mensosialisasikan fasilitas bank, tetapi ada saja yang terlewatkan. Terlalu
getol menawarkan modal sehingga lupa mengajak orang menabung. Betapa sulitnya
menjaga konsistensi apalagi merubah pola fikir. Paradigma intermediasi,
keseimbangan funding dan lending.
Si ibu dan suaminya mengenal saya
sebagai petugas bank tetapi brand name ( merek ) untuk kesekian kali telah
mengalahkan. Fikiran positif masyarakat telah di bangun dari promosi brosur, spanduk dan iklan. Di lihat dan di dengar berulang-ulang
mempengaruhi fikiran positif seseorang. Harus optimis, Saya tetap yakin,
kitapun punya kekuatan. Membangun kepercayaan
dengan kekeluargaan dan semangat persahabatan. Mengenalnya lebih dekat,
membantunya dengan tulus dan iklas.
Pelajaran berharga untuk selalu
memperbaiki diri dari hal tidak terduga. “Alhamdullilah”, Jika saja tidak
menjadi pengganti petugas yang cuti. Saya tidak mungkin bertemu dengan ibu itu.
Bersyukur selalu di ingatkan agar tetap konsisten membangun mitra. Berfikir
positif akan mengurangi beban psikologis. Masih banyak peluang yang bisa di
raih………