Catatan : Silahturahmi kepada Mereka yang memberi inspirasi
Tidak
pernah saya menduga sebelumnya, bahwa hubungan mitra kerjasama dengan salah satu
dealer kendaraan roda dua di Kecamatan Pare Kediri mengantarkan saya mengenal
kehidupan masyarakat sederhana di perkampungan tersembunyi yang di kelilingi
ratusan hektar tanaman tebu dan hamparan pohon jambu mente di ladang mereka
yang gersang. Meski telah melewati enam bulan sejak letusan hebat dan singkat
di malam yang pekat itu. Sisa-sisa material vulkanik Gunung Kelud masih
berserakan di jalanan. Beberapa bangunan yang roboh masih di biarkan begitu
saja, hanya sebatas di rapikan disamping halaman. Terik berkepanjangan melengkapi
kepiluan yang terasa menyiksa pasca bencana. Tubuh merekapun harus kuat
beradaptasi saat siang bekerja di ladang meng” akrabi” debu dan pasir yang
beterbangan sementara dikala malam berselimut dingin yang terasa kuat
menggigit.
Di
salah satu desa di Kecamatan Plosoklaten mereka menjalani hari-hari menjadi
buruh tani, petani, pedagang buah mente dan sebagian pergi merantau di luar
negeri. Jika kita ukur melalui Goggle Map di hitung jarak lurus ke puncak Gunung
Kelud berjarak 15 Kilometer. Saya bertanya pada petugas lapangan yang membina
wilayah tersebut, “berapa jumlah account mitra di wilayah desa ini”? , petugas
menjawab “8 mitra pak, empat mitra telah melunasi kewajiban dan sementara 4 mitra lainnya masih memiliki
pinjaman aktif dengan portofolio kredit lancar, kesemuannya merupakan
pembiayaan kendaraan bermotor. Jika kita berfikir normatif maka keraguan
yang akan muncul. Apakah mereka mampu untuk menyelesaiakan pinjaman di saat
kesulitan yang mereka hadapi.( Mitra kami yang berada di desa tersebutdalam
zona terdampak Letusan Gunung Kelud sehingga di kategorikan oleh pemerintah
untuk mendapatkan perlakuan khusus )“. Keraguan saya atas jawaban tersebut
akhirnya sirna ketika mencari data mitra dengan mengidentifikasi wilayah desa
tersebut. Ternyata data menunjukkan hal yang sama dengan jawaban petugas
tersebut.
Menyambangi
dan bersilahturahmi ke dua rumah mitra dan mengenal dua sosok sederhana sebut
saja Bapak Okto dan Ibu Maret. Keduanya menunjukkan keramahan khas masyarakat
pedesaan. Memberikan motivasi luar biasa dalam optimisme dan semangat perkataan
yang sederhana. “ Jaminan saya sudah jadi atau belum mas pengurusannya di
instansi terkait. Sebenarnya uangnya sudah
tersedia, cuma sambil menunggu penyelesaian Jaminan. Uang saya gunakan untuk kulakan Mentor( biji jambu
mente ). Nanti jika jaminan sudah selesai saya mohon segera di beritahu agar
bisa menyelesaikan kewajiban pinjaman secepatnya.” Kata bapak Okto di
rumahnya yang memiliki usaha toko pracangan. “ Insya allah bulan depan saya
titip angsuran pokok pinjaman mas, Bapakipun saget kirim katah saking
pendamelanipun teng Kalimantan, Kendaraane sampun kulo sade teng tanggi damel
biaya berobat tole tapi kulo tetep tanggung jawab nyelesaikne utangipun.
Jenengan pun kawatir, kredit kulo insya allah saget kulo selesaikne.” Tutur
Ibu Maret meyakinkan dengan pernyataan tulus dan serius.
Tidak
ada keluh kesah tentang musibah yang seringkali di dramatisir untuk mendapatkan
pemakluman. Mereka hanya berfikir supaya tetap berusaha dan berkarya mencari
cara untuk meningkatkan usaha dan perekonomiannya. Mereka secara tegas
memberi batas yang jelas bahwa hutang adalah kewajiban yang harus segera di
selesaikan sementara musibah adalah ujian yang harus di hadapi dengan ketabahan
dan kesabaran. Tidak seperti halnya analisa secara makro bahwa pemulihan kredit
pasca bencana membutuhkan upaya yang lama. Plan A, Plan B, Plan C, meluncurkan
paket kebijakan dan peraturan untuk menanggulangi dampak kredit yang di
asumsikan akan bermasalah. Secara mikro saya melihat sendiri mereka yang secara
langsung terimbas kuat masih tetap tegar meski dampak secara ekonomi terasa
berat. Karakter mereka berbicara lain bahwa selayaknya kewajiban hutang menjadi
prioritas utama untuk di selesaikan. Itulah sumber inspirasi tentang kuat dan
tegarnya mitra-mitra kami dalam menghadapi musibah. Berfikir positif dan tidak
meng Kambing hitam kan keadaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar