Rabu, 19 Agustus 2020

AROMA POHON CENDANA DI TEBING WATU SLENDANG GUNUNG BUDEG

 

Catatan Pertama : Ekspedisi Perbukitan Walikukun 2020 Sabawana Mahacita Indonesia
Bagi yang sering mendaki Gunung Budeg tentu tak asing lagi dengan tebing Watu Selendang. Watu Selendang menjadi salah satu rute terekstrim dari jalur pendakian Gunung Budeg karena jalur lintasannya berada diantara tebing setinggi kurang lebih 10 meter dan di sebelahnya jurang yang cukup dalam. Bagi yang sudah sering mendaki mungkin sudah menjadi hal yang biasa namun bagi yang pertama cukup membuat ciut nyali, deg deg ser, mendebarkan dan tentunya menegangkan.

Beberapa kali mendaki Gunung Budeg saat melintasi Tebing watu Selendang ada sesuatu yang khas bagi saya atau mungkin juga bagi sebagian teman pendaki lain. Aroma harum cendana terkadang halus terserap indera penciuman yang  membuat bulu kuduk berdiri jika mendaki di malam hari. Tidak hanya di malam hari pernah juga di siang hari tercium aroma wangi cendana ketika melintas di Watu Selendang. Begitu pula di lokasi camp pada  puncak Gunung Budeg dari asap asap perapian juga terkadang tercium wangi aroma Cendana.

Menurut tutur dan cerita warga lereng Gunung Budeg tentang Pohon Cendana. Dahulu ketika pasca reformasi banyak pemburu kayu cendana di Gunung Budeg. Maraknya perburuan kayu tersebut karena nilai ekonomis pohon cendana sangat tinggi. Para pemburu kayu cendana saat itu di dominasi warga luar daerah. Cerita mistis pun turut menyertai ketika perburuan sudah keterlaluan hingga  beberapa warga lokal dirasuki makhluk halus yang konon menyatakan sebagai Danyang penghuni Gunung Budeg. Makhluk astral itu pun menyampaikan ultimatum untuk menghentikan perburuan kayu Cendana karena telah merusak tatanan dan lingkungan rumah mereka. Apabila tidak segera dihentikan ancaman pun ditebarkan dengan mengerahkan seluruh bala pasukan kasat mata dengan segenap kekuatan bongso lelembut, bongso alus untuk meruntuhkan tebing tebing Gunung Budeg. Rasanya ngilu dan ngeri jika batu batu besar itu runtuh dan luluh. Tebaran Ultimatum tersebut segera disikapi dan direspon warga dengan memberikan larangan untuk merambah pohon cendana di Gunung Budeg. Cerita ini cukup menarik sebagai bagian dari kearifan lokal yang di kemas dalam tutur cerita  Guna melestarikan lingkungan disekitar Gunung Budeg

Tidak kalah seru cerita mistis di seputar Watu Selendang dari penuturan sahabat mbolang. Suatu ketika mendaki Gunung Budeg dimalam hari dan kebetulan tepat di bulan purnama saat tiba di tebing Watu selendang sekitar jam 01.00 WIB. Ada kejadian mistis dan fenomena keganjilan di luar nalar. Beberapa meter di jalur lintasan pada salah satu sisi tebing terlihat jelas sosok tangan besar melambai lambai keluar dari batu tebing namun sekejap kemudian lenyap. Menurutnya begitu jelas karena cahaya bulan cukup menerangi. Kejadian ini pun juga disaksikan oleh rekan mendakinya. Keduanya tercekat sejenak kemudian melanjutkan perjalannya dengan diam seribu bahasa. Baru ditempat yang dirasa nyaman mereka saling bercerita. Disetiap perjalanan harus berhati hati menjaga adap dan selalu berdoa berserah diri kepada Tuhan yang Maha Esa

Tentang pohon cendana mengutip halaman wikipedia Cendana, atau cendana wangi, merupakan pohon penghasil kayu cendana dan minyak cendana. Kayunya digunakan sebagai rempah-rempah, bahan dupa, aromaterapi, campuran parfum, serta sangkur keris (warangka). Kayu yang baik bisa menyimpan aromanya selama berabad-abad.Masih di halaman wikipedia Kenyataan menunjukkan bahwa banyak pohon cendana yang tumbuh baik di atas tanah dangkal yang berbatu-batu. Hasil kayu yang terbaik diperoleh dari pohon cendana yang tumbuh di hutan-hutan terbuka pada tanah kurang subur dan berbatu. Pada tanah Hat (loam) yang subur, pohon cendana tumbuh baik dan cepat menjadi besar, tetapi kandungan minyaknya sangat rendah dan kualitasnya juga kurang baik. Pohon cendana tidak mempunyai toleransi terhadap tanah-tanah yang mengandung garam dan kapur yang tinggi, akan tetapi dapat toleran terhadap tanah yang mengandung natrium.

Hipotesa yang bisa saya saya sampaikan dari kesaksian, cerita dan referensi  bahwa Pohon cendana merupakan salah satu vegetasi yang menghuni Gunung budeg dan telah ada berabad abad lalu. Kemungkinan ditanam dan menjadi komoditi penting dan merupakan bagian dari ritual keagamaan merujuk pada  banyaknya peninggalan sisa  sejarah masa silam di seputar lereng Gunung Budeg. Pohon Cendana dapat tumbuh dengan baik sebagaimana kondisi tanah di Gunung Budeg. Dilereng lereng atas seputar Watu Selendang sampai dengan Puncak kemungkinan masih ada vegetasi ataupun sisa sisa dari Pohon Cendana.

Tugas kita bersama untuk menjaga dan melindungi kelestariannya supaya tidak di rusak oleh tangan usil dan jahil manusia. Penting Juga memberi wawasan dan edukasi bagi pendaki untuk turut serta melestarikannya. 
 
Basecamp Kura Kura Sabawana mahacita Indonesia 30 Juli 2020 - 15.04 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PILIH JALANMU SENDIRI UNTUK MENGGAPAI PUNCAK GUNUNG TELOMOYO

Banyak alternatif sarana untuk melakukan perjalanan. Mungkin kamu mempercayakan pada kedua roda motormu, Kokohnya empat roda mo...