Jumat, 01 Agustus 2014

LOGISTIK



LOGISTIK
Menempuh medan-medan Napak tilas di bulan Oktober dan November yang setiap tahunnya selalu hadir melalui event-event tahunan seperti Napak Tilas Route gerilya Jendral Sudirman atau gerak jalan Mojokerto –Surabaya tidak hanya memuaskan dahaga petualangan tetapi  ada makna yang begitu luar biasa tentang bagaimana para pejuang meramu cara untuk satu tujuan yaitu Indonesia merdeka. Mendaki gunung sebagai salah satu cara menjalankan taktik perang  Panglima Jendral Sudirman dan para prajuritnya mendaki gunung dan perbukitan di daerah jawa tengah untuk menjalankan taktik perang gerilya melawan Belanda, demikian pula Pahlawan Supriadi memimpin pasukan gerilya dengan menjelajahi kawasan gunung kelud di sekitar daerah Blitar-Jawa Timur.( (I.E.S Dharma, Filosofi Mendaki Gunung, 2008 ).
Jenderal Sudirman merupakan salah satu sosok yang bisa di jadikan tauladan, dengan segenap keterbatasan fisik ( satu paru-paru anfal ) beliau tidak pernah mengeluh . Berani” blusukan “ ke hutan bukan untuk pencitraan tetapi untuk menerapkan strategi perang gerilya. Bukan untuk mencari dukungan tetapi rakyat dan pejuang bahu membahu ikhlas mendukung. Berkoordinasi dalam setiap keterbatasan di tepian sungai dan perbukitan. Menyerang(  hit and run)  bukan berarti pengecut tetapi itu taktik dari kecerdasan logika akan kalah senjata. Batu-batu besar yang dingin itu menjadi saksi kekuatan spiritual si Jenderal. Tempat ruku dan sujud untuk menguatkan keyakinan atas segala kuasa sang pencipta. Pertempuran Gunung Hutan melalui strategi Gerilya yang di lakukan Jendral Besar Sudirman berikut pasukannya terbukti efektif dalam mensiasati kalah persenjataan dengan militer musuh. Atau perang kota jarak dekat dalam Pertempuran Akbar 10 November 1945 di Surabaya yang butuh keberanian luar biasa dan begitu berbahaya di mana kekuatan motivasi dari para ulama tentang fatwa shahid benar-benar mampu mengerakkan pemuda di daerah untuk masuk ke Surabaya mengamuk melawan elite pasukan gabungan ( Inggris, Gurkha dan Belanda ) Pekik dan teriakan lantang. “ Alloh Akbar, Merdeka atau Mati “, Setiap manusia yang hidup pasti akan mati tetapi ketika mati pilihlah cara yang terhormat dan Syahid” adalah kalimat-kalimat motivasi yang membuat hati dan sanubari bergetar.
Sungguh menarik mencermati saat melewati medan-medan napak tilas bagaimana pejuang kita menyiapkan kekuatan logistik di pedalaman hutan, perkampungan dan pelosok pelosok daerah yang tersamarkan oleh fihak musuh. Berpindah pindah dan menyerang.  Pejuang dan rakyat tidak menempatkan kebutuhan logistic di satu tempat tetapi di sebar dalam sub-sub logistic yang tidak mudah di jangkau oleh pasukan musuh. Kita masih ingat juga dalam sejarah Bandung Lautan Api bagaimana Moh Toha gugur dalam menunaikan misinya meledakkan gudang logistik persenjataan tentara  Belanda. Melihat pada perlawanan sporadis yang di lakukan jauh sebelum awal-awal kemerdekaan yang begitu mudahnya di patahkan. Penjajah tidak hanya sukses menerapkan strategi adu domba dan pecah belah tetapi juga upaya penjajah dalam memutus kekuatan di sisi logistik. Perampasan hasil panen, meracuni air sungai yang melintasi basis pejuang, mendirikan pos-pos militer di jalur-jalur logistik adalah salah satu bentuk upaya dalam menghancurkan kekuatan pejuang dari sisi logistic.
Kesadaran tentang pentingnya kekuatan logistic secara tidak langsung berperan besar dalam mendukung proses kemerdekaan Indonesia. Kesadaran pentingnya logistic tentu harus juga kita miliki terutama dalam bekerja mengisi dan mensyukuri nikmat kemerdekaan. Kita bekerja membutuhkan logistic yang memadai. Tanpa kita sadari tinta printer dan pena kita bisa habis untuk mencetak dan menulis, kertas-kertas yang kita pakai bisa berkurang, kartu nama dan brosur yang kita berikan cepat habis, pamflet yang kita pasang mudah usang. Tanpa ada bagian logistic yang menata usahakan tentu sungguh merepotkan. Menghambat pertempuran marketing dalam persaiangan di lapangan dan  mengurangi  pelayanan bagi back office operasional.
Membangun kekuatan logistik tidak hanya memenuhi gudang  dengan barang yang tak pernah di ukur  kualitas dan fungsinya. Memperbanyak alternative serta pilihan seperti kalau bisa mengisi  ulang kenapa  harus beli baru , jika dapat di daur ulang mengapa mesti beli lagi , bila dapat di perbaiki kenapa harus ganti.  Biaya yang di keluarkan dalam memenuhi sarana dan prasarana logistic harus benar-benar efektif. Begitu juga bagi pejuang yang bertempur di lapangan ( Marketing ) jangan sampai  tidak memahami kebutuhan logistiknya. Ibarat bawa senapan tidak membawa  amunisi.  Ketersediaan Sales tools ( alat-alat sales ) di dalam tas marketing adalah bentuk kesadaran pentingnya kekuatan logistik.
Kembali menempuh  medan Napak Tilas para pejuang. Betapa nikmatnya  ketika memasuki hutan belantara, duduk di bebatuan sambil beristirahat membuka gudang logistik dalam tas ransel ada setumpuk roti,  sebotol air minum, beberapa batang coklat. Gudang logistic yang kita gendong untuk mempersiapkan kekuatan melawan musuh lapar dan haus.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PILIH JALANMU SENDIRI UNTUK MENGGAPAI PUNCAK GUNUNG TELOMOYO

Banyak alternatif sarana untuk melakukan perjalanan. Mungkin kamu mempercayakan pada kedua roda motormu, Kokohnya empat roda mo...